Assalamu'alaikum warahmatullahi wabarakatuh

Assalamu'alaikum warahmatullahi wabarakatuh.

Kami ucapkan selamat datang di forum para Perangkai kata, semoga kita bisa sama-sama belajar menuangkan kata untuk kita rangkai menjadi karya. Bukan sembarang karya, tapi semoga menjelma menjadi karya yang luar biasa demi menggapai ridha-Nya.

Blog ini sekaligus sebagai arsip dari rangkaian kata yang saya posting di sebuah group yang saya kelola di jejaring sosial Facebook. Bagi temen-temen yang belum sempat membaca, disini kami sajikan yang lebih lengkap.

Selamat menikmati sajian ilmu dari kami... saran dan kritik selalu dinanti.

Wassalamu'alaikum warahmatullahi wabarakatuh.

Salam,
Ibnu Abdul Rochman


Kamis, 07 Januari 2010

SETIAP HARIMU ADALAH SPESIAL

Assalamu’alaikum..

Apa kabar sahabat..
Semoga tetap semangat membangun asa untuk kita kejar menjadi nyata.
Ada sebuah kisah, semoga bisa diambil ibrahnya..

Hari itu adalah hari yang bahagia setidaknya buat Rima yang baru saja membeli sesuatu yang telah diidam-idamkannya, sesuatu yang sepertinya sangat disukainya. Ya, rupanya adikku itu baru saja membeli dari hasil gaji pertamanya. Ia melipatnya dengan rapi dan hati-hati sekali, takut satu titik noda mencemarinya. Disimpannya di dalam laci dan menguncinya rapat.

Anehnya dia tidak mau memberi tahu apa isi di dalam laci itu, ia berpesan kepada orang-orang di rumah jangan sampai mereka membuka laci itu karena dia akan memakai di hari spesialnya, buat surprise katanya.

Kami sekeluarga merasa penasaran, tapi apa boleh buat kami hanya bisa menanti hari special itu, setidaknya buat Rima.

Hari-hari berlalu dan Rima terus menunggu hari itu tiba. Kadang aku melihat dia duduk termangu di dalam kamarnya, memandangi sesuatu yang akan di pakainya nanti. Terus.. saja, memandangi lalu ia simpan lagi di dalam laci.

“Sudah, coba di pakai.. kami ingin lihat”, kata ayahku waktu itu. “Ah.. nanti saja yah, saat waktunya tiba”, sahut Rima dengan senyum manisnya.

Akhirnya, hari yang special itu sebentar lagi tiba. Tak sabar kami menantinya, terlebih Rima. Ia persiapkan segala sesuatunya dengan seksama, agar semua lancar sesuai dengan rencana.

Satu hari sebelum hari H, ku lihat Rima sudah rapi dan sepertinya ia ingin pergi. “Mau kemana?”, tanyaku. “Ini kak, mau ke toko buku. Mau beli buku buat temenku”, jawab Rima sambil menstarter motornya. “Assalamu’alaikum”. “Wa’alaikum salam warahmatullahh, hati-hati” kataku melepas kepergiannya.

Aku kembali ke kursiku, dalam dudukku aku masih diselimuti rasa penasaran. Apa sebenarnya yang disiapkan Rima untuk hari spesialnya besuk. Apa pakaian, atau mungkin dia membeli mukena baru. Tapi kenapa harus menunggu hari special untuk memakainya?, pikirku dalam hati.

Hari sudah sore, sebentar lagi adzan maghrib berkumandang. Tapi kenapa Rima belum pulang? Hatiku mulai khawatir. Tidak biasanya Rima pergi seharian tanpa minta di temani. Biasanya kalau pulang terlambat selalu memberi kabar. Perasaanku semakin tidak enak, apalagi diluar telah gelap. Ku coba hubungi lewat HP-nya tapi tak diangkat. Disaat kecemasan melanda seluruh keluarga, telpon rumah berdering.

Buru-buru ibu mengangkatnya. Setelah beberapa saat berbicara di telpon, kulihat ibu seperti tak kuasa menahan tubuhnya, ia lunglai dan hampir jatuh. Aku segera menyongsong tubuhnya. “Ada apa bu.. apa yang terjadi?” tanyaku penuh was-was. “Adikmu.. adikmu.. kecelakaan.. sekarang dia di rumah sakit”, jawab ibuku cemas dan berurai air mata.

Kami sekeluarga segera menuju ke rumah sakit. Di kamar bercat serba putih itu aku melihat Rima terbaring lemas tak berdaya. Muka dan sekujur tubuhnya kelihatan pucat karena kehilangan banyak darah. Kaki dan kepalanya dibalut dengan perban. Di kepalanya masih tampak merah akibat banyaknya darah yang keluar.

Kami semua pasrah dengan keadaan adikku itu. Kami semua hanya bisa berdoa kepada Rabb yang Maha Kuasa agar memberikan yang terbaik untuk Rima dan kami semua. “Ya Allah, jika menurut-Mu kehidupan lebih bermanfaat buat adikku maka berilah ia kesembuhan, tapi jika kematiannya lebih bermanfaat baginya maka mudahkanlah dalam sakaratul mautnya. Ampuni segala dosanya ya Allah. Jadikan akhir hidupnya khusnul khatimah” Doaku sehabis shalat.

Rima sempat sadar, meskipun ia tak bisa berkata apa-apa. Hanya air matanya yang berlinang menganak sungai. Memandang kami, Ibu, bapak dan terakhir aku. Dalam tatapan dan linangan air matanya seolah ia ingin mengatakan, maafkan segala kesalan Rima. Rima tak bisa membuat kalian bangga. Maafkan jika sering mengecewakan. Waktu Rima hampir tiba untuk menghadap Allah Azza wajalla. “Asy-hadu alla ilaaha illallah wa asy-hadu anna muhammadar-rasulullah”. “Innalillahi wainna ilaihi raji’uun, selamat jalan adikku. Semoga diberikan tempat yang terbaik di sisi-Nya, tunggu kami semua di sana”, doaku melepas kepergian Rima untuk selama-lamanya.

Beberapa hari sejak kepergian Rima, aku ke kamarnya dan mencoba untuk melihat apa yang disimpan di dalam lacinya. Setelah kulihat isinya, ternyata sebuah gamis putih yang sangat indah. Memang cocok untuk di pakai Rima. Namun apa dikata. Rima telah pergi tanpa pernah sempat memakainya karena dia menunggu hari spesialnya.

Sahabat pena, ketahuilah.. setiap hari yang kita punya adalah spesial. Maka jadikanlah ia sebagaimana adanya. Gunakan segala sarana yang terbaik, juga yang special. Jangan pernah menunda melakukan sesuatu untuk suatu hari nanti yang kita anggap paling special, karena belum tentu kita akan menjumpainya. Tanamkan dalam diri kita, bahwa hari ini adalah special. Maka segala sesuatunya juga akan kita persembahkan yang terbaik. Melakukan hal terbaik, beramal yang terbaik, beribadah yang terbaik.

Semoga bermanfaat,

^^BERAWAL DARI KATA SEMOGA MENJELMA MENJADI KARYA^^


Oleh: Ibnu Abdul Rochman

Tidak ada komentar: