Assalamu'alaikum warahmatullahi wabarakatuh

Assalamu'alaikum warahmatullahi wabarakatuh.

Kami ucapkan selamat datang di forum para Perangkai kata, semoga kita bisa sama-sama belajar menuangkan kata untuk kita rangkai menjadi karya. Bukan sembarang karya, tapi semoga menjelma menjadi karya yang luar biasa demi menggapai ridha-Nya.

Blog ini sekaligus sebagai arsip dari rangkaian kata yang saya posting di sebuah group yang saya kelola di jejaring sosial Facebook. Bagi temen-temen yang belum sempat membaca, disini kami sajikan yang lebih lengkap.

Selamat menikmati sajian ilmu dari kami... saran dan kritik selalu dinanti.

Wassalamu'alaikum warahmatullahi wabarakatuh.

Salam,
Ibnu Abdul Rochman


Senin, 19 Juli 2010

Sejenak merenung menyelami diri

Sejenak merenung menyelami diri
Mencoba bertanya pada hati nurani
Siapakah diri ini
Dari apakah kita ini
Layakkah berbangga diri

Teringat bahwa hati ini berlumur dosa
Masa muda berlalu begitu saja
Begitu banyak waktu terbuang sia-sia
Terlena dengan gemerlapnya dunia

Begitu jelas terbayang
Sosok seorang wanita yang amat ku sayang
Kulitnya mulai keriput termakan usia
Uban mulai menghiasi kepalanya

Ia tak lagi sekuat dulu
Segala pengorbanan ia lakukan untukku
Ia belai diriku dengan kasih sayang
Menghibur saat aku dalam kesedihan
Ibu….
Semua telah kau lakukan
Kau ajari aku tentang makna kehidupan
Darimu aku mengenal Rabb semesta Alam
Kau tanamkan iman sebagai landasan kehidupan

Ibu….
Terima kasih tak terhingga
Untuk setiap tetes keringat tanda pengorbanan
Untuk tiap tetes air mata kesedihan
Untuk tiap detik waktu yang engkau persembahkan
Untuk ku yang sangat kau sayang

Ibu….
Maafkan jika belum bisa memenuhi harapanmu
Maafkan bila sering menyakiti perasaanmu
Maafkan bila membuat hatimu luka
Lewat perbuatan dan kata-kata
Aku belum bisa menjadi yang kau harapkan
Belum bisa dibanggakan

Ya Rabb….
Begitu banyak dosa telah kulakukan
Perintah-Mu aku lalaikan
Larangan-Mu aku langgar

Ya Rabb….
Aku mencintai-Mu
Namun jarang mendekat kepada-Mu
Aku rindu Kepada-Mu
Namun tak cukup bekal untuk ku kembali menghadap-Mu

Ya Rabb….
Engkau Maha Pengampun
Maka ampunilah aku
Aku tahu ampunan-Mu lebih luas dari pada amarah-Mu
Ku pasrahkan segala urusanku kepada-Mu
Tunjukkanlah aku ke jalan-Mu yang lurus
Amin ya Rabbal ‘alamiin.

Selasa, 13 Juli 2010

25 tahun usiaku

Assalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh..

Apa kabar sahabat, semoga selalu dalam limpahan rahmat Allah Yang Maha memberi rahmat. Maafkan jika lama tak menyapa antum sekalian. Semua karena iman yang berkurang hingga berpengaruh pada ukhuwah ku pada kalian. Semoga Allah senantiasa menjaga iman kita semua, sehingga ketika ia berkurang Allah segera memberikan teguran. Semoga dengan begitu iman selalu terpancar dari dalam dada yang nantinya akan menghangatkan ukhuwah yang ada diantara kita.

Sebuah puisi, semoga menjadi renungan buat ku pribadi dan mungkin juga buat antum sekalian;

25 tahun usiaku

Di keheningan malam aku sendiri
Ditemani gelap dan deras hujan yang membasahi bumi
Saat mereka terlelap dalam mimpi
Aku memilih tetap di sini

Mencoba merenung menyelami diri
Menelusup sampai ke relung hati
Pekatnya malam seakan turut menjadi saksi
Derasnya hujan seolah membasahi mata dan hati ini

Anganku melayang menembus gelapnya malam
Jiwaku terbang menerobos tebalnya awan
Teringat akan masa lalu yang telah lewat
Tersadar betapa diri ini masih jauh dari taat

25 tahun sudah aku hidup di bumi
Menikmati segala keindahannya
Melewati segala suka maupun duka
Tenggelam dalam dunianya yang fana

25 tahun aku berkelana
Begitu banyak khilaf dan dosa
Tidak sedikit waktu yang sia-sia
Terlena kinikmatan duniawi sementara

Aku masih di tempatku
Larut dalam sujud panjangku
Penuh harap dalam munajat
Beralaskan sajadah ma’rifat

Mencoba menghisab diri
Tanpa sadar air mata mengalir menjadi saksi
Betapa kotor dan hinanya diri ini
Alangkah keruhnya jiwa dan hati
Masih layakkah untuk mengabdi ?
Dalam rentang usia yang panjang
Tak ada yang bisa kubanggakan
Tak banyak kudapat sebagai bekalan
Untuk menghadap Rabb semesta alam

Ya Rabb….
Bilakah pandangan ini tunduk dalam tawadhu’
Bilakah pendengaran ini terarah hanya kepada-Mu
Bilakah raga ini pasrah dalam Mahabbah suci-Mu

Ya Rabb….
Dalam keheningan malam-Mu
Di atas kain cintaku
Aku memohon ampun atas segala dosa dan khilafku
25 tahun tak terasa usiaku
Sedikit sekali aku mengingat-Mu
Semakin dekat aku menuju-Mu
Namun tak banyak amal yang kubawa menghadap-Mu

Ya Rabb….
Ku pasrahkan sisa umurku kepada-Mu
Tunjukkanlah aku jalan lurus-Mu
Mudahkanlah aku untuk menuju-Mu
Peliharalah aku dalam taubat di jalan-Mu
Jadikanlah Khusnul khotimah di akhir hayatku
Amiin ya Robbal ‘alamiin…


Note:
Ku dedikasikan puisi diatas untuk saudara fillah-ku yang tengah berbahagia di usianya yang ke 25 tahun.

Semoga Allah selalu memberikan kemudahan dalam berjuang di jalan-Nya. Di mudahkan segala urusannya, di kabulkan apa yang menjadi harapan dan permintaannya.

Semoga dengan bertambahnya usia, semakin bijak dalam menyikapi hidup, semakin taat kepada Allah, dan sukses dunia akhirat, amin.

^^Terus merangkai kata untuk menggapai ridha-Nya^^

Wassalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh.

Minggu, 23 Mei 2010

PERJALANAN SEORANG SAHABAT MENUJU ALLAH

Assalamu’alaikum….

Apa kabar sahabat? Sekian lama tak menyapa, semoga antum semua tetap dalam keimanan dan selalu diliputi rahmat cinta-Nya.

Sahabat, Sepenggal kisah untuk kita, yang kami tulis, terinpirasi dari seorang sahabat yang begitu luar biasa, yang mana kami belajar banyak darinya. Kita simak sama-sama ya !!!

PERJALANAN SEORANG SAHABAT MENUJU ALLAH

“Assalamu’alaikum…”. Terdengar ucapan salam dari arah belakangku. “Wa’alaikum salam warahmatullah”, jawabku seraya menoleh ke arah sumber suara. Ada sesosok ikhwan yang tak asing berjalan menghampiriku. Saat itu ba’da maghrib, waktu yang tak lama untuk sekedar basa-basi. Kemudian aku pamit pergi mendahuluinya, meski dalam hati menyesal, kenapa tidak mengobrol lebih lama.

Itulah awal pertemuanku dengan seseorang yang kini menjadi sahabat terbaikku. Dialah sahabat yang telah Allah kirimkan untuk membuka jalan bagiku dalam usaha menemukan sebuah komunitas yang bisa mengantarku menggapai kebahagiaan dunia dan akhirat. Komunitas yang dipenuhi dengan orang-orang yang sholeh, bersemangat menuntut ilmu, dan mempunyai kesamaan visi dalam usaha berjuang menegakkan kalimah Ilahi.

Sebut saja namanya Mas Hanif. Nama lengkapnya Muhammad Hanif . Meski usianya dua tahun lebih muda dariku, namun dalam hal ilmu agama ia lebih faham dan lebih berpengalaman dalam da’wah. Hari-harinya dipenuhi dengan jadwal yang cukup padat. Selain mengajar di Salah satu SD Islam Terpadu di daerahnya, tepatnya di kota sentani Papua, ia juga disibukkan dengan mengisi kajian untuk para pemuda binaannya, dan masih banyak aktivitas lain yang tentunya tidak aku ketahui.

Walaupun kami belum sempat berkenalan, tapi aku tahu namanya dari salah seorang temanku yang telah mengenalnya lebih dulu. Sebenarnya aku sudah sering melihatnya shalat jama’ah di masjid, tapi aku ragu untuk menegur duluan dan hanya bisa mengamati dari kejauhan. “Wah… seperti inilah, gambaran orang sholeh yang cocok dijadikan teman”, pikirku dalam hati. Tetapi karena aku tipe orang yang kurang supel, akhirnya hanya bisa menunggu dan menunggu waktu yang kurasa tepat untuk lebih mengenalnya.

Singkat cerita, kami pun berkenalan. Mengetahui nama satu sama lain meski hanya sebentar karena dia sering tak punya banyak waktu karena harus kembali mengajar, atau entah karena apa yang aku kurang tahu.

Pada kesempatan lainnya, kebetulan ada kegiatan di tempatnya yang diadakan sebulan sekali yaitu acara tasqif. Tasqif adalah suatu kajian yang membahas tentang ilmu agama yang bertujuan menambah wawasan keilmuan, tentunya dalam hal agama. Alhamdulillah banyak yang hadir termasuk aku, tak hanya kalangan ikhwan (laki-laki) tetapi juga kalangan akhwat (perempuan) yang tentunya mereka semua aktif dalam pembinaan keislaman pekanan (halaqoh). Seusai acara itu, dikenalkanlah aku dan beberapa temanku yang lain dengan seorang ustadz yang sekarang menjadi pembimbingku dalam belajar agama islam yang insya Allah sampai kapan pun selagi Allah masih menunjukkan hidayah-Nya padaku.

Meskipun aku dan mas Hanif tidak berada dalam satu halaqoh, namun kami masih bisa saling bersilaturahmi. Tatkala aku sedang libur kerja dia sering mengajakku rihlah atau jalan-jalan menikmati indahnya panorama alam Papua yang sangat memanjakan mata. Sering kami menikmati indahnya danau yang dikelilingi oleh hijaunya pegunungan, melihat indahnya kota sentani dari puncak pegunungan, serta bermain dengan gemericik air sungai yang dingin menyejukkan. Subhanallah, begitu indah Allah menciptakan semuanya tanpa ada cacat sedikitpun dalam penciptaan-Nya di bumi Papua yang menurut perkiraan teman-temanku di Jakarta, Papua itu menyeramkan. Semua itu dikarenakan mereka hanya melihat penduduk pribumi Papua yang hanya memakai koteka. Ternyata mereka salah besar. Papua begitu indah dengan hijaunya hutan dan pegunungan serta luasnya perairan yang masih murni bak hamparan permadani.

Dalam pandanganku, mas Hanif orangnya ramah, enak diajak bertukar fikiran dan cukup terbuka. Walau agak banyak bicara, ada hikmah dalam setiap kata yang terangkai penuh makna, dan itu yang membuat aku betah bila sedang bersamanya. “Indikasi orang yang sholeh”, pikirku, insya Allah.

Satu hal yang membuatku salut padanya adalah perjuangannya dalam meraih dan mempertahankan ilmu agamanya ditengah ujian dan cobaan hidup yang melanda, mempertahankan cahaya iman yang bisa redup sewaktu-waktu dalam perjalanan hidupnya bila tidak di jaga dengan sepenuh hati, jiwa dan raga.

Betapa sejak kecil dia telah ditinggal oleh kedua orang tuanya merantau ke tanah seberang. Dia yang masih kecil tinggal bersama neneknya di sebuah desa di daerah Jawa Timur sana, sedangkan kedua orang tuanya berada di belahan timur Indonesia, Papua.

Sang nenek dengan penuh kasih sayang merawat dan mendidiknya, mengajarkan dasar-dasar pendidikan agama di samping pendidikan islam yang di dapatnya dari sekolah. Dari situlah mas Hanif kecil mengenal agama islam, agama yang penuh rahmat dan kasih sayang ini.

Belasan tahun beliau jauh dari orang tua, belasan tahun yang penuh dengan kerinduan akan belaian kasih sayang, dekapan hangat dari orang-orang terkasihnya. Hanya sang neneklah yang menjadi tempat pelabuhan hati, tempat berkeluh kesah serta menjadi sandarannya untuk meluapkan kerinduan.

Setelah sekian lama berpisah dengan ayah bundanya, akhirnya setelah mas Hanif kecil menyelesaikan sekolah dasarnya, maka ia diajak orang tuanya ke Papua tempat di mana mereka sekarang tinggal.

Sejak saat itulah ia tinggal bersama kedua orang tuanya. Kemudian mas Hanif melanjutkan Sekolah Menengah Pertamanya di Papua.

Kini, hari-hari mas Hanif dilalui bersama orang tuanya. Semua berjalan baik tanpa ada suatu kendala. Namun entah kenapa suasana terasa datar-datar saja. Ia tidak begitu merasakan adanya kedekatan layaknya seorang anak dengan orang tua pada umumnya. Dia mencoba untuk menjaga hubungan baik dengan ayah bundanya, mencoba untuk lebih dekat lagi dengan keduanya, namun ia merasa sulit untuk melakukan itu. Kadang ia merasa iri melihat teman-temannya yang bisa begitu dekat dengan orang tuanya, bisa bermanja-manja dalam mengungkapkan rasa cinta mereka. Dia sedih, kenapa tidak bisa seperti mereka. Mungkin semua itu karena ia terlalu lama berpisah dengan kedua orang tuanya.

Ternyata kehidupan yang sekarang ia jalani tak seindah seperti di kampung halamannya dulu. Di tempat yang baru, ia seperti orang asing. Ia merasa sendiri dalam keramaian di tengah-tengah lingkungannya, jauh dari nuansa islami seperti yang ia rasakan di kehidupan sebelumnya, ketika tinggal bersama neneknya. Lebih-lebih lingkungan keluarga yang tidak mendukung untuk kehidupan agamanya. Ia pernah bercerita kalau kedua orang tuanya dan satu saudaranya berbeda keyakinan. Ya, mereka nonmuslim. Walau ada saudara perempuannya yang muslim tapi sudah berkeluarga dan tinggal bersama suami. Jadilah ia seorang diri berjuang mempertahankan keyakinannya, mempertahankan prinsip hidup yang paling mendasar. Mungkin ini pula yang menyebabkan ia kurang bisa dekat dengan ayah bunda sebagaimana mestinya.

Dia juga bercerita, betapa dalam perjalannya belajar agama banyak sekali halangan dan rintangan, baik dari keluarga maupun lingkungan bergaulnya sehari-hari. Namun ia juga menyadari semua karena pondasi agama yang mungkin belum begitu kokoh dari dalam dirinya, sehingga mudah terombang-ambing oleh badai cobaan yang menerpa. Dua tahun cukup membuat beliau dalam kebimbangan, hatinya masih labil dalam ketidakpastian dan sangat memerlukan bimbingan.

Dalam keterpurukan kehidupan ruhaninya, ternyata Allah masih menyayanginya. Allah masih berkenan menjaganya. Allah membuat hatinya cenderung mudah diajak dalam kebaikan dan enggan bila diajak kepada hal-hal yang menyimpang. Dalam masa kebimbanga dan pencarian jati dirinya, ada salah seorang teman sekolahnya waktu di SMA mengajaknya untuk mengikuti sebuah kelompok kajian (halaqoh). Awalnya, ia hanya ingin tahu saja apa isi dari pengajian di tempat temannya tersebut, namun seiring berjalannya waktu ia merasa nyaman dan bisa mengikuti pelajaran yang disampaikan. Sejak saat itu dan seterusnya mas Hanif mengikuti pengajian bersama temannya tanpa henti. Dari situlah dia bertekad untuk berubah, merubah kehidupan ruhaninya menjadi lebih terarah sesuai fitrah sebagai seorang hamba yang taat kepada-Nya.

Melihat kondisi keluarganya yang “berbeda”, ia bertekad harus menemukan seseorang yang bisa dijadikan teladan dan bisa membimbing dirinya dalam usaha menemukan hidayah Allah, menuju kematangan spiritual, hingga akhirnya bertemulah ia dengan seorang ustadz yang sekarang menjadi Murabbinya. Baginya seorang Murabbi adalah orang yang special, karena Murabbi berperan sebagai orang tua, guru, pemimpin bahkan sahabat, sehingga ia jadikan Murabbi sebagai tempat untuk bertukar fikiran dan mencurahkan permasalahan yang ada, bahkan bisa mendapatkan solusi dari permasalahan yang sedang ia hadapi. Kedekatan yang tercipta karena kecintaan kepada Allah Subhanahu wata’ala. Mereka bertemu karena Allah, berpisah pun karena Allah. Ukhuwah islamiyah yang mengesampingkan asal-usul, ras dan golongan bahkan melampaui batas geografis sekalipun.

Salah satu hal yang menjadi impiannya saat ini ialah, ia ingin membimbing sang Bunda untuk kembali kepada islam, mengantarkan Ibundanya meniti kembali kepada agama yang penuh rahmat bagi semesta alam, kembali kepada Ilahi Rabbi.

-oo00oo-

Untuk mas Hanif,
Semoga Allah Subhanahu wata’ala senantiasa memberikan pertolongannya untuk antum, memberi kesabaran dalam upaya membimbing Ayah bunda dan menjadi jalan hidayah bagi orang-orang tercinta. Semoga tetap istiqomah dalam berjuang, dan diberi kesabaran yang terbaik dalam menghadapi segala aral yang melintang.

Ana ucapkan terima kasih tak terhingga untuk ukhuwah yang indah ini. Syukron atas bimbingan dan segalanya. Semoga antum selalu dalam selimut rahmat cinta-Nya, di jauhkan dari segala macam keburukan, siang dan malam. Amin ya Rabbal ‘alamiin.
Jazakallahu khoiir.
ANA UKHIBBUKUM FILLAH.

Demikianlah sahabat, sepenggal kisah dari sahabat terbaikku dalam upayanya meniti jalan Ilahi, menggapai nur hidayah-Nya. Semoga bisa diambil ibrahnya untuk kita semua dan menambah semangat kita dalam belajar memperdalam agama ini dan mengamalkannya dalam kehidupan kita sehari-hari secara kaffah. Amin ya Rabbal ‘alamiin.

^^Terus merangkai kata untuk menggapai ridha-Nya^^

Wassalamu’alaikum…

Note: Untuk kemaslahatan bersama, nama sahabat yang kami kisahkan diatas bukan nama yang sebenarnya, semoga tak mengurangi makna dan tujuannya.

Edit oleh Muhammad hanif

Senin, 03 Mei 2010

Dinamika Ukhuwah

Assalamu’alaikum….

Apa kabar sahabat ? Semoga bahagia selalu menyelimuti setiap harimu, meski kadang sedih menghampiri, mudah-mudahan takkan lama menghiasi diri.

Sekian lama tak merangkai kata, kali ini aku mencoba untuk belajar lagi menorehkan tinta, mencoba menggabungkan kata hingga menjadi sesuatu yang berguna, insya Allah.

Dinamika Ukhuwah

“Dalam persahabatan ada semacam trik tarik ulur. Dalam arti ada saat di mana kita bersama dan ada juga saat di mana kita tidak bersama atau saling berjauhan. Berjauhan di sini bukan karena adanya konflik tetapi hanya berpisah untuk sementara waktu.”

Itulah jawaban atas pertanyaanku kepada ustadz murabiku tentang bagaimana kita menjalin suatu hubungan persahabatan. Lebih lanjut ustadz menjelaskan bahwa dalam persahabatan tidak harus selalu bersama. Misalnya kemana-mana harus selau berdua. Tidak seperti itu. Persahabatan seperti ini bisa menimbulkan hal-hal yang tidak diinginkan di kemudian hari. Kebersamaan dalam jangka waktu yang lama tidak menutup kemungkinan akan menimbulkan kebosanan. Jika suatu waktu terjadi konflik atau perselisiahan akan sulit untuk menemukan jalan keluar.

Perbedaan yang timbul akan sangat kentara. Yang tadinya kemana-mana berdua, tiba-tiba saling bersendiri, acuh tak acuh dan lain sebagainya. Dalam persahabatan hendaknya ada semacam dinamika seperti halnya dalam sebuah keluarga. Seorang suami yang meninggalkan istri dan anak-anaknya untuk beberapa waktu lamanya. Ada seorang suami yang pergi meninggalkan keluarganya selama satu hari, dua hari, tiga hari atau lebih dalam usaha mencari nafkah, berda’wah atau yang lainnya. Dari situ akan timbul rasa rindu, rasa sayang dan rasa saling mencintai. Semakin lama ditinggalkan semakin besar rasa rindu yang ada sehingga ada kebahagiaan tak terhingga ketika berjumpa, saat meluahkan rasa rindu yang telah menumpuk di hati sekian hari lamanya.

Begitu juga dalam hubungan persahabatan. Ketika lama tidak berjumpa ada kerinduan yang diam-diam menyusup ke hati, timbul rasa cinta dan saling menyayangi, ada keakraban yang lebih hangat ketika saling bersua.

Sampai di sini aku hanya bisa diam mengiyakan. Sungguh penjelasan ustadz tersebut benar adanya. Betapa diri ini masih harus belajar lebih banyak lagi menggali ilmu bagaimana membina suatu hubungan persahabatan. Terlebih persahabatan yang dibina atas dasar ukhuwah islamiyah. Persahabatan yang dibangun atas dasar cinta kepada Dzat yang memiliki cinta yaitu Allah Subhanahu wata’ala. Ukhuwah yang terjalin karena ikatan iman, kesamaan visi dalam menegakkan kalimat Ilahi.

Apa yang telah terjadi pada masa lalu aku anggap sebagai pelajaran yang berharga untuk kujadikan pelajaran untuk masa yang akan datang.

Untuk sahabat yang pernah ku sakiti, pernah ku kecewakan dalam persahabatan kita, aku mohon kerelaannya untuk memaafkan segala khilaf. Maafkan karena kelemahan iman, maafkan karena ego ini yang lebih sering ku kedepankan. Semoga Allah Subhanahu wata’ala mengampuni dosa-dosaku, dosa-dosa kedua orang tuaku, keluargaku, dosa-dosa sahabat-sahabat terbaikku, kaum mukminin-mukminat, muslimin-muslimat semuanya. Amin ya Rabbal’alamiin.


Wallahu a’alam,


^^Terus merangkai kata demi menggapai ridha-Nya^^


Wassalamu’alaikum….

Selasa, 13 April 2010

Gejolak Hawa Nafsu

Gejolak Hawa Nafsu

Datangnya sulit diduga
Ia muncul tiba-tiba
Ketika menjelma bisa meluluhlantakan
Pertahanan yang ada

Itulah hawa nafsu
Ia muncul dengan kebahagiaan semu
Merayu hatiku yang penuh debu
Menginjak-injak hingga kelu

Mencabik, menyayat hingga luka
Menggerus kesucian jiwa
Melumurinya dengan noda dan dosa
Mengoyak lapisan pelindungnya
Mengusik ketenangannya

Ketika hati telah kalah
Pikiran pun seakan pasrah
Anggota badan menjadi liar tak terarah
Maka yang seharusnya tak terjadi terjadilah

Pandangan melesat bagai anak panah
Hati terbungkus nafsu membuncah
Berdesir darah mendidih meluapkan gairah
Maka yang seharusnya tak terjadi terjadilah
Hati pun terkulai berselimut lemah

Nafsu melenggang penuh kemenangan
Pergi dengan tawa tak terkalahkan
Lari tanpa belas kasihan
Berbalik berkacak pinggang

Sedangkan aku
Aku hancur, lebur dalam sesal
Sendiri dalam kesal
Seakan aku kehilangan akal

Aku belum bisa mengalahkan hawa nafsuku
Mengendalikan pandanganku
Mengarahkannya hanya pada-Mu
Ya Allah aku lemah, berilah kekuatan

Ya Rabb…
Aku khilaf, berilah maaf
Aku lupa maka ingatkanlah
Aku penuh dosa maka ampunkanlah

(Dalam renungan)

http://ibnuabdulrocman.blogspot.com/

Minggu, 21 Maret 2010

Belajar Mencintai-Nya

Assalamu’alaikum…
Apa kabar sahabat, maafkan jika lama tak menyapa kalian, semoga selalu dalam selimut rahmat-Nya.
Sahabat, mungkin sering kau dengar juga kau baca disetiap suratku. Aku selalu berkata bahwa aku mencintaimu karena Allah, aku mencintai kalian semua karena Allah, atau kadang dengan kata ‘Ana uhibbukum fillah.’

Sahabat, tahukah kalian? Sejatinya diri ini masih tertatih dalam meniti jalan ini, masih banyak kekurangan, masih sering khilaf memperturutkan hawa nafsu yang semua itu mengikis cinta yang ada untuk-Nya juga untuk kalian semua.

Dalam setiap keluh kesahku, dalam kelanaku bersama Rabb di malam-malamku tak henti lisan ini menyatakan, aku mencintai-Mu ya Allah, aku menyayangi-Mu.

Sahabat, namun begitu aku sering bertanya, menelusuri ke kedalaman hatiku. Benarkah cinta ini, sejatikah rindu ini. Ku coba menelusup ke relung jiwa apa yang telah kujadikan sebagai bukti cinta atas-Nya?

Betapa cinta yang terucap dari bibir ini butuh pembuktian yang nyata, perlu ketulusan hati, serta keikhlasan yang membalutnya untuk bisa merealisasikannya.

Aku mencoba dan berusaha mendekati-Nya sedekat-dekatnya, melakukan apa yang Ia suka semampuku. Kucoba mencinta-Nya apa-apa yang Ia cinta. Hal-hal kesukaan-Nya yang lama telah kutinggalkan satu demi satu kujalani lagi. Semua kulakukan hanya untuk-Nya, demi cintaku kepada-Nya.

Ya Allah, jujur aku sering bertanya pada hatiku, layakkah ini kujadikan sebagai bukti cintaku, karena pada kenyataannya untuk melakukan pembuktian itu aku butuh pertolongan-Mu, taufik dan hidayah-Mu.

Sahabat, dalam masa latihanku untuk mencintai-Nya, kucoba menata hati, ku lapangkan dada seluas samudra, membuang segala celaan dan dendam di dalamnya. Aku belajar untuk lebih mengerti, memahami dan peduli kepada sesama, termasuk kamu juga kalian, juga belajar mencintai kalian semua kerena-Nya.
Aku belajar menyapa dirimu dengan salam terhangatku saat bertemu, ku jabat erat tanganmu teriring senyum ikhlas dari bibirku. Semua itu adalah usahaku untuk menumbuhkan cinta di antara kalian dan aku, yang semoga Allah mencintaiku karena cintaku kepada kalian karena-Nya.

Sahabat, aku mencintaimu, aku mencintai kalian semua hanya karena aku ingin mendapatkan cinta-Nya. Bersemi dari dasar relung hati yang murni, tulus suci. Bahkan cintaku pada kalian tercipta karena limpahan cinta-Nya. Semoga cinta Allah bersemayam di hatiku dan juga dihatimu, hati kalian semua. Amiin.

^^Terus merangkai kata untuk menggapai ridha-Nya^^


http://ibnuabdulrocman.blogspot.com/

Jumat, 12 Maret 2010

Bersihkan hati dan jiwa dari selain-Nya

Assalamu’alaikum…

Apa kabar sahabat… semoga tak lelah memantapkan iman, tak lelah meniti jalan ke surga-Nya.

Sahabat… setiap saat, setiap waktu dengan cinta-Nya Allah memanggil dan menanti hamba-Nya. Dengan sabar Allah menunggu kita semua untuk kembali taat kepada-Nya.

Dari semejak kita bangun tidur sampai kita tidur kembali di situ ada Allah yang senantiasa menyertai setiap gerak langkah kita, menyaksikan kita. Setiap saat Dia dalam penantian.

Namun, betapa sering kita sebagai hamba yang telah dikaruniai berbagai nikmat melupakan-Nya. Kita terlalu sibuk dengan dunia kita masing-masing. Namun begitu Allah tetap sayang kepada kita.

Sering Allah mengingatkan kita dengan teguran-teguran kecil yang Ia timpakan kepada kita dengan harapan kita akan mengadu kepada-Nya, memohon pertolongan-Nya. Sering Allah memberi berbagai kesempatan kepada kita untuk memperbaiki diri, sedikit lebih peduli dengan kehidupan rohani, membersihkan hati, namun begitulah, kita lebih sering menepis dorongan nurani yang mengajak kita kembali mengingat-Nya.

Kita lebih sering menunda dan mengabaikan berbagai kesempatan yang Allah tawarkan, menganggap kecil peringatan yang diberikan, berharap masih ada waktu baginya memperbaiki diri di kemudian hari.

Wahai diriku dan Sahabatku…, pandai-pandailah mengatur waktumu. Jangan kau habiskan semuanya untuk duniamu. Ingat, bahwa kau takkan hidup selamanya. Dunia ini fana, tiada kesenangan yang abadi di sini. Semuanya hanya fatamorgana. Janganlah kau tukar kebahagiaanmu yang kekal kelak dengan kesenangan sesaat sekarang yang akan berujung pada penyesalan yang tiada berkesudahan.

Wahai diriku dan sahabatku…. Bersegeralah dalam kebaikan, berhati-hatilah menjalani hidupmu. Waspadalah dengan cobaan-cobaan kecil yang ada padamu. Bisa jadi ia adalah tanda sindiran dari Allah, bahwa kau mulai bergeser menjauhi-Nya.

Peliharalah hatimu dari keterlenaan, kealfaan dari mengingat-Nya, bersihkan hatimu sebersih-bersihnya, karena dengan begitu kau akan mudah menyerap semua ilmu-Nya, peka terhadap kesempatan dan peringatan dari-Nya.

Sahabat, selamat berjuang meniti jalan ini, bersihkan hati, bersihkan jiwa dari segala sesuatu yang menjauhkanmu dari-Nya. Semoga Allah senantiasa melimpahkan rahmat-Nya kepada kita semua. Amiin ya Rabbal ‘alamiin.

^^Terus merangkai kata untuk menggapai ridha-Nya^^

Wassalamu’alaikum….

Salam,
Ibnu Abdul Rochman

Jumat, 05 Maret 2010

Indahnya Ukhuwah ini

Assalamu’alaikum….

Apa kabar sahabat, lama tak menyapa, rindu terasa. Semoga rasa ini tetap murni dalam bingkai rahmat-Nya.

Sahabat, tentunya dalam ukhuwah ini akan lebih indah ketika kita bisa saling mengisi, saling mengingatkan, sabar dalam menghadapi konflik yang mungkin saja ada. Pertengkaran yang tak terhindarkan. Tidak indah rasanya ketika ukhuwah ini berjalan lurus-lurus saja, monoton dan tanpa adanya lika-liku persoalan yang menghiasinya.

Ada kalanya kesalahpahaman muncul dalam ukhuwah. Disitu kedewasaan kita dituntut, kebesaran hati kita diuji, siapakah yang lebih berbesar hati untuk menyapa duluan, siapakah yang lebih bisa memaafkan pertama kali. Disamping itu, keimananlah yang berperan dalam mengatasi masalah yang ada. Segalanya akan terarah ketika terbungkus iman. Orang yang beriman akan marah kalau memang ada hak untuk itu, namun semua tetap dalam koridor keridhaan-Nya.

Sahabat, sebagai seorang yang beriman tentunya kita bisa menempatkan diri kita dalam setiap kejadian, setiap masalah yang timbul. Selain itu juga bisa menempatkan sahabat kita sesuai dengan hak dan posisinya yang tepat. Jadilah orang yang mudah memaafkan, berlapang dada, serta mempunya kejernihan hati dan pikiran.

Mudah? Memang tidak mudah, semudah kita berkata. Tidak semudah membalikkan telapak tangan. Namun semua akan menjadi niscaya ketika ukhuwah ini terjalin karena adanya cinta yang tulus dari dasar hati. Cinta agung yang bersumber dari-Nya. Semua dari Allah, untuk Allah dan akan kembali kepada Allah.

Sahabat, hanya kepada-Nya kita bergantung dan berserah diri. Hanya kepada Allah kita menambatkan hati, takut sekaligus berharap kepada-Nya. Allah-lah yang meletakkan segala rasa dalam dada kita dan mereka (sahabat) sehingga ukhuwah ini tercipta. Segala masalah yang ada dalam ukhuwah ini juga adalah kehendak-Nya untuk menguji sejauh mana kekuatan cinta yang ada di dalamnya. Kuatkah, rapuhkah, dengan ujian semua akan terbuka yang sebenarnya.

Cinta yang ada akan semakin kokoh ketika kita bisa saling memaafkan, saling mengikhlaskan hati menerima kekurangan yang ada. Senyumpun mengembang tanda perdamaian, makin erat cinta yang ada, dan tercipta kasih sayang yang menyejukkan dada dalam upaya bersama berjuang meniti jalan dan ridha-Nya.

Terima kasih untukmu sahabat atas ukhuwah yang indah ini, semoga semakin kokoh dan selalu dalam bingkai rahmat-Nya. Ana ukhibbukum fillah.


^^Terus merangkai kata untuk menggapai ridha-Nya^^


Wassalamu’alaikum…


By Ibnu Abdul Rochman

Minggu, 28 Februari 2010

Sudahkah Kita Benar-benar Mengenal-Nya?

Assalamu’alaikum…

Apa kabar sahabat, semoga cintamu dan cintaku kian bersemi indah mewangi menebar aroma kebaikan, semerbak dalam totalitas penghambaan kepada-Nya.

Sahabat, cinta tak akan ada manakala kita belum mengenal, sayang tak kan terasa ketika kita tak saling sapa. Ada banyak cinta dalam kehidupan kita. Cinta kepada orang tua, cinta kepada saudara, cinta kepada sahabat, dan berbagai cinta dengan segala macam ekspresinya.

Cinta seorang ibu kepada anaknya adalah alamiah yang merupakan anugerah dari Rabb yang Maha Mencinta. Cinta itu mengalir dari sanubari, dari keikhlasan hati. Begitupun sebaliknya cinta seorang anak kepada orang tuanya. Ia adalah ikatan yang dengan sendirinya terasa dalam dada, tanpa menghadirkannya cinta telah tumbuh dengan karunia dan rahmat-Nya.

Berbeda dengan cinta yang tumbuh antara seseorang dengan sahabatnya. Ia perlu waktu yang tidak sebentar. Perlu tahapan-tahapan untuk mencapai pada satu titik yang bisa menumbuhkan cinta. Dimulai dari saling mengenal, adanya kesamaan dalam profesi misalnya, kesamaan dalam visi dan misi yang semuanya menyebabkan adanya interaksi secara intens. Dari situ akan timbul perasaan saling mengerti dan memahami satu sama lain, saling menasehati dan mengisi kekurangan. Berempati dalam duka, bergemberia disaat sahabat bahagia. Dari situ Allah menurunkan cinta-Nya hingga terpaut hati mereka dalam bingkai kasih-Nya.

Lalu bagaimana halnya cinta kita kepada-Nya, kepada Allah sang Khaliq yang paling berhak untuk dicinta? Karena cinta-Nya-lah kita bisa mencintai orang tua kita, saudara, sahabat dan sesama. Karena cinta agung-Nya bersatulah dua insan berbeda yang bisa mencetak generasi unggul, generasi Rabbani yang akan menjunjung tinggi Dienullah di muka bumi ini.

Sahabat, ada baiknya kita sejenak menengok hati kita, seberapa besarkah kita mencintai-Nya, benarkah cinta ini, benarkah rindu ini, ataukah cinta kita palsu belaka? Apakah rindu kita hanya fatamorgana? Kenapa bisa seperti ini? Atau jangan-jangan karena kita belum begitu mengenal-Nya, mengenal dengan sesungguhnya.

Kita mengaku cinta kepada-Nya, namun disatu sisi malas beramal yang menhantarkan cinta kita kepada-Nya. Berkumpul dengan orang-orang yang rusak imannya. Mengaku rindu tetapi sedikit bekal yang dikumpulkan untuk dibawa pulang kepada-Nya, jarang menikmati hidangan ilmu-Nya.

Tahunya Allah Maha Pengasih, Maha Penyanyang, Maha Pengampun, Maha Lembut, Tahu Dia Dzat Yang Maha Pemberi balasan berupa pahala, namun melupakan bahwa Allah juga Maha keras siksa-Nya, Maha Dahsyat azabnya, Maha cepat hisab-Nya, sehingga tak jarang kita bergelimang dengan dosa karena kita hanya mengenal kebaikan-kebaikan-Nya berharap Allah akan dengan mudah mengampuninya yang kecanduan berbuat maksiat. Kita lupa bahwa Allah berhak menyiksa bagi siapa yang dikehendaki-Nya.

Sahabat, seyogianya kita mengenal Allah dari kedua sisinya, dalam arti mengenal bahwa Allah berhak mengampuni setiap dosa hamba-Nya, namun Dia juga berkuasa untuk menyiksa hamba bagi yang dikehendaki-Nya. Dengan rahmat-Nya Allah ampuni dosa hamba-Nya, namun dia juga Maha adil yang memberikan ganjaran sesuai dengan amal perbuatan manusia.

Sahabat, jangan pernah berhenti untuk terus belajar mengenal-Nya, memohon cinta dan kasih sayang-Nya. Kelezatan tiada tara ketika kita telah meraih cinta-Nya. Kenikmatan beribadah dalam totalitas penghambaan kepada-Nya serta teraih kenikmatan memandang wajah-Nya kelak.

Semoga Allah menolong kita semua untuk tetap istiqomah meniti jalan perjuangan ini.

Amin ya Rabbal ‘alamiin.


^^Terus merangkai kata untuk menggapai ridha-Nya^^


Wassalamu’alaikum….

Jumat, 26 Februari 2010

Cinta dan Rindu Pada-Nya

Assalamu’alaikum warhamatullahi wabarakatuh.


Apa kabar sahabat, semoga rahmat dan cinta Allah senantiasa meyelimuti hidup kita. Salam serta shalawat semoga tetap atas Nabi Muhammad Shallallahu ‘alaihi wasallam beserta keluarga dan sahabat beliau.

“Tiada yang bisa mengalahkan hawa nafsu kecuali kencintaan kepada Allah yang menggetarkan hati dan rasa rindu kepada-Nya hingga membuat kita merana.”

Sahabat, begitulah kira-kira kata Ibnu Athailah, semoga ridha Allah atas beliau. Ketika dada terasa sempit karena banyaknya dosa, hati serasa kelam dengan berbagai maksiat yang terlanjur melanda, seolah diri telah dikuasai hawa nafsu.

Betapa sulit rasanya melepaskan dari kebiasaan-kebiasaan buruk yang telah dilakukan bertahun-tahun dalam sekejap. Perlu waktu untuk merubahnya, perlu perjuangan keras untuk melawannya dan berusaha menghapus jeratannya sampai ke akar-akarnya, hanya dengan pertolongan Allah-lah semua menjadi niscaya.

Sahabat, hanya kecintaan kepada Allah-lah yang akan mengalahkan segalanya. Hanya kerinduan kepada-Nya yang membuat kita meninggalkan segala hal yang membuat kita jauh dari-Nya.

Namun bagaimanakah keadaannya? Bagaimana cinta kita kepada-Nya, seberapa beratkah rindu ini kepada-Nya. Sampai taraf yang mana cinta kita, seberapa kadar kerinduan kita kepada-Nya, apakah sudah cukup untuk mengalahkan hawa nafsu yang mendera?

Sahabat, cinta ini tak kan bisa tumbuh dalam hati ketika ternodai oleh cinta kepada selain-Nya. Rindu ini tak kan pernah berbunga jika hati ini masih penuh dengan dosa.

Ya Rabb, ajari kami dengan ilmu-Mu untuk bisa mencintai-Mu sepenuh hatiku, meski ia rapuh, kuatkanlah dengan rahmat-Mu. Ya Allah, tanamkanlah rindu dihatiku, rindu akan perjumpaan dengan-Mu. Ya Allah, kokohkan cintaku dengan keagungan cinta-Mu, tumbuhkanlah rindu ini dengan kasih sayang-Mu
Amin ya Rabbal’alamiin.


^^Terus merangkai kata untuk menggapai ridha-Nya^^

Wassalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh.



Diposting juga ke :

http://ibnuabdulrocman.blogspot.com/

Rabu, 24 Februari 2010

Dimanakah Semangat itu?

Assalamu’alaikum….


Apa kabar sahabat pena? Semoga tetap semangat bermain dengan penamu, menuangkan segala rasamu.

Sahabat, tolong kirimkan gelora semangatmu kepadaku. Aku di sini terdiam sendiri tanpa tahu apa yang harus kulakukan. Ingin kutulis rangkaian kata namun hati tak bisa disapa. Tangan dan pena begitu bersemangat ingin menuliskan berjuta kata, namun apa daya hati dan pikiranku lagi susah diajak bekerjasama.

Dimanakah semangat itu, yang sempat hadir menghampiriku dulu. Seiring berlalunya waktu seakan berangsur-angsur meninggalkanku tanpa sadarku. Kadang terlintas dalam pikirku untuk berhenti sejenak mengumpulkan sisa-sisa semangat yang ada, membangun kembali pundi-pundi gelora. Aku ingin belajar, bangkit kembali, dan untuk itu aku butuh uluran tanganmu, aliran semangatmu.

Ya Allah ya Rabb, kupasrahkan diri ini kepada-Mu, tunjukkanlah kami ke jalan-Mu yang lurus. Ya Allah, dalam bimbang ku memohon petunjuk-Mu, dalam gelap ku mohon nyala cahaya-Mu, dalam khilaf ku memohon maaf-Mu, dalam gelisah kuingat nama-Mu. Ya Allah bimbinglah kami selalu. Amin ya Rabbal’alamiin.

Sahabat, maafkan jika rangkaian kataku mengusik ketenangan hatimu.


Wassalamu’alaikum….

Kamis, 18 Februari 2010

TAK PANTAS MENGAJARI

Assalamu’alaikum….


Terangkai bait-bait kata, semoga bisa diambil ibrahnya.



TAK PANTAS MENGAJARI

Ya Allah, ampuni aku yang lemah ini
Ampuni aku yang tiada berdaya
Penuh dengan keangkuhan
Berselendang kesombongan

Kadang lisan terlalu pandai menyulam kata
Membalut hati yang penuh dusta
Kepura-puraan menghiasi dindingnya
Munafikkah, terlenakah diriku
Jangan- jangan aku hanya tertipu oleh nafsu

Begitu mudah lidah mengucap
Melontarkan berbagai nasehat
Begitu banyak peringatan kuberikan
Namun melupakan diriku yang butuh peringatan

Ya Allah, rasanya tak pantas mengajari
Tak layak diri ini menasehati
Mengingat begitu banyak kekurangan diri
Tak berhak lisan ini berkata
Ketika hati mengingkarinya
Ketika ia lalai untuk mengamalkannya

Ya Allah, aku berlindung kepada-Mu dari perkataan yang tidak bisa hamba kerjakan. Dari ilmu yang tidak bisa hamba amalkan, dari dosa yang tak terampunkan, dari salah yang tiada Kau maafkan dan aku berlindung kepada-Mu dari doa yang tidak Engkau kabulkan. Ya Allah aku juga berlindung kepada-Mu dari akibat buruk atas perbuatan maksiat yang terlanjur kuperbuat.

Amiin ya Rabbal ‘alamiin…

^^Berawal Dari Kata Semoga Menjadi Karya^^



Wassalamu’alaikum….

Minggu, 14 Februari 2010

Dalam Hisab Menjelang Tidurku

Assalamu’alaikum….

Apa kabar sahabat perangkai kata? Semoga tidak lelah menebar kebaikan, menebar aroma wangi keikhlasan. Semoga setiap langkah kaki perjuangan kita bernilai tinggi di sisi-Nya.

Sedikit rangkaian kata, semoga bisa diambil manfaatnya.

Dalam renung di saat malam sebelum tidurku, saat-saat setelah sejenak melepas lelah setelah seharian beraktivitas menjalani kewajiban sebagai anak manusia, seolah tergambar bahwa sebagian besar waktuku seharian selama dua puluh empat jam hanya untuk mencari penghidupan di dunia yang fana. Semantara waktu untuk akhiratku tidaklah seberapa lama. Saat malam pun belum bisa maksimal memanfaatkannya. Sering ia lewat begitu saja tanpa satu rakaat pun ku tegakkan, tanpa satu ayat pun kulantunkan. Ya Rabb, banyak waktu yang terlewat sedang usiaku kian merambat. Ya Allah, berikanlah hamba-Mu Rahmat.

Hanyalah kewajiban yang aku lakukan di sela-sela kesibukan. Kadang memenuhi panggilan-Mu tepat waktu namun lebih sering aku tenggelam dalam kesibukanku. Lalu bekal apa yang bisa ku dapat dalam keseharianku sementara yang kulakukan adalah merupakan kewajiban. Shalat sunnahpun jarang, apalagi untuk bersedekah, hampir tidak pernah. Lalu bekal apa yang bisa aku raih dalam hariku ini. Ibarat amal wajib adalah modal, amalan sunnah adalah labanya, namun mengapa begitu berat meramaikan hari dengan yang sunnah..

Dalam sendiri sebelum rehat, ku menghisab diri apa saja yang telah ku lakukan hari ini. Bagaimana lisan ini, apa ada khilaf dalam kata hinggga ada hati yang terluka karenanya. Bagaimana mata ini, apa ada yang terzhalimi karena pandangan khianatnya. Bagaimana telinga ini, apa saja yang di dengarnya, apakah membawa manfaat atau mendatangkan laknat. Bagaimanakah pula dengan kaki ini, sempatkah ia melangkah kerumah-Nya, memenuhi panggilan-Nya. Bagaimana tubuh ini menjalani hari, apakah sesuai keredhaan-Nya.

Ya Rabb, Segala puji bagi-Mu atas kebaikan yang telah hamba lakukan pada hari ini. Sekecil apapun kebaikan yang hamba kerjakan maka dengan rahmat-Mu lipat gandakanlah pahalanya hingga menjadi bekalku untuk meraih keredhaan-Mu.

Ya Rabb, ampunilah segala perbuatan dosa yang hamba lakukan hari ini, baik dosa yang hamba sengaja maupun yang tidak hamba sengaja, dosa yang hamba ketahui maupun yang tidak hamba ketahui.

Ya Rabb, izinkanlah aku mencintai-Mu sepenuh hatiku, meski cintaku tak sesempurna cinta-Mu padaku. Bahkan untuk itu aku harus berjuang mengalahkan nafsu dan cintaku kepada selainmu di hatiku. Ya Allah ajari aku untuk mencintai-Mu.

Amin Ya Rabbal’alamiin.

^^Berawal Dari Kata Semoga Menjelma Menjadi Karya^^

Wassalamu’alaikum….


http://ibnuabdulrocman.blogspot.com/

Selasa, 09 Februari 2010

SABAR, TAWAKAL, IKHLAS

SABAR, TAWAKAL, IKHLAS

Assalamu’alaikum…

Apa kabar sahabat? Semoga tetap sabar menebar kebaikan, tawakal setelah usaha yang maksimal, serta ikhlas menerima pembagian dari-Nya.

Sabar, tawakal dan ikhlas. Ketiga kata tersebut mungkin sangat mudah untuk kita ucapkan. Banyak orang mengaku telah bersabar, merasa telah pasrah dalam tawakal, mengaku ikhlas menerima ketentuan-Nya, namun kadang dalam hatinya masih saja ada sesuatu yang mengganjal.

Pada kenyataannya dalam kehidupan sehari-hari ketiga hal tersebut (sabar, tawakal, ikhlas) tidak bisa dipisahkan antara satu sama lain. Ketiganya seolah menjadi satu-kesatuan yang saling melengkapi. Ketiadaan pada salah satunya akan menyebabkan ketidaksempurnaan pada hasil akhirnya.

Sebagai contoh misalnya, seorang pemuda yang telah cukup usia ingin segera mendapatkan calon bidadari yang didambanya. Bidadari yang akan mengisi setiap ruang hatinya, menjadi teman setia dalam mengarungi bahtera hidup demi menggapai keredhaan-Nya. Tentunya ia harus mempertebal kesabaran dalam berikhtiar, menjalani prosesnya juga dengan sabar. Sabar dalam melakukan proses ta’aruf, sabar ketika harus menyampaikan kelebihan dan kekurangan kepada seseorang yang masih dianggap asing dalam hidupnya, pun sabar ketika dalam proses ta’aruf itu tidak berlanjut ke jenjang berikutnya (pernikahan). Tambah lagi sabarnya ketika cinta yang kita kirimkan dikembalikan alias ditolak. Anggaplah dia memang bukan yang terbaik untuk kita.

Sabar dalam ikhtiar terasa hampa tanpa diiringi dengan doa. Sudah menjadi fitrah bahwa manusia akan selalu membutuhkan uluran tangan, pertolongan dari Rabb-nya. Oleh karena itu, doa merupakan senjata yang ampuh untuk menemani dalam ikhtiar.

Sahabat, ada kalanya kita berada pada puncak kondisi dimana kita merasa begitu lelah dalam menjalani proses hidup yang kita jalani. Seakan jalan telah tertutup, segala macam usaha telah ditempuh, namun masih belum juga menemukan titik terang tanda-tanda keberhasilan.

Pada saat itulah tawakal menjadi suatu keniscayaan. Kepasrahan total kepada Allah Subhanahu wata’ala. Pasrah sepasrah-pasrahnya kepada Dzat Yang Maha Pemberi keputusan, Dzat Yang Maha Menolong dan Dzat Yang Maha kuasa atas segala sesuatu. Dalam masa tawakal ini juga harus tetap berdoa dengan sungguh-sungguh memohon pertolongan kepada-Nya, menengadahkan tangan di depan pintu gerbang rahmat-Nya dengan mengagungkan asma-Nya, kemudian tetap sabar dalam menunggu pertolongan-Nya.

Sahabat, kita tidak pernah tahu kapan Allah memberikan pertolongan-Nya. Allah punya rencana terbaik untuk kita. Pertolongan-Nya akan datang dari arah yang tidak pernah kita duga sebelumnya. Dan ketika pertolongan itu tiba, hendaklah kita ridha dengan apa yang menjadi keputusan-Nya.

Sudah sepatutnya kita ikhlas dengan segala pembagian dari-Nya. Begitu juga halnya dengan seorang pemuda atau pemudi yang telah dipertemukan dengan belahan jiwanya. Terimalah calon suami atau istri dengan lapang dada penuh kerelaan karena Allah semata. Jadikan ia sebagai anugerah terindah yang telah Allah pilihkan untuk kita. Tidak usah mengejar atau menunggu seseorang, atau sesuatu yang memang bukan menjadi bagian untuk kita, karena Allah Subhanahu wata’ala lebih mengetahui apa yang terbaik untuk kita. “Boleh jadi kamu membenci sesuatu padahal ia baik bagimu, dan boleh jadi kamu menyukai sesuatu padahal ia amat buruk bagimu. Allah mengetahui sedang kamu tidak mengetahui.”

Sahabat, marilah sama-sama kita belajar untuk ikhlas dalam segala hal. Ikhlas menerima qodha dan qadar-Nya, ikhlas dengan apa yang menjadi garis ketentuan-Nya, ikhlas dengan bagaimana pun kondidi kita, kesehatan, kondisi ekonomi, postur tubuh, corak suara dan lain sebagainya. Ikhlaskan semuanya demi Allah yang telah menciptakan kita dengan penciptaan yang paling sempurna.

Sahabat…, istiqomahlah dalam sabar, tawakal, dan ikhlas.

Wallahu a’lam.

Note :
Terima kasih untuk seorang sahabat yang telah barbagi inspirasi, hingga tertoreh rangkaian kata ini. Ana ukhibbuka Fillah. Jazakallahu khaiir.


^^BERAWAL DARI KATA SEMOGA MENJELMA MENJADI KARYA^^


Wassalamu’alaikum…


http://ibnuabdulrocman.blogspot.com/

Minggu, 07 Februari 2010

Cinta-Mu Padaku

Cinta-Mu Padaku

Kau mencintaiku
melebihi cinta ibu kepada anaknya
melebihi induk terhadap inangnya
melebihi suami terhadap istrinya

Kau berikan apa yang kubutuhkan
tanpa kuminta
Kau tutupi kekuranganku dengan rahmat-Mu
adakan tabir selimut aibku dengan kasih-Mu

Betapa banyak kesempatan yang Kau berikan
Betapa sering aku melanggar
Betapa Kau limpahkan kasih sayang
Namun aku balas dengan kemaksiatan

Cinta yang Kau ulurkan
Aku balas dengan kedurhakaan
Sayang yang Kau limpahkan
Aku sambut dengan kekhilafan

Ya Rabb…
Masih pantaskah mengharap cinta-Mu
Masih berhakkah menanti limpahan kasih sayang-Mu
Sementara banyak yang ku sia-siakan
Banyak yang tak kuhiraukan

Ya Rabb….
Di titik nadir terendahku
Ku ingat nama-Mu
Dalam ruang tergelapku
datangkanlah setitik cahaya petunjuk-Mu

Dalam remuk jiwaku
sudilah Engkau merengkuhku
dalam hangat peluk kasih-Mu

Ya Rabb…
Sehina apapun diriku
Angkatlah dalam pangkuan Rahmat-Mu
Amin.


^^BERAWAL DARI KATA SEMOGA MENJELMA MENJADI KARYA^^



http://ibnuabdulrocman.blogspot.com/

Rabu, 03 Februari 2010

Subhanallah...

Assalamu’alaikum…

Apa kabar sahabat pena? Semoga tak lelah menghamba, menjalankan titah Sang Khaliq Sang Pencipta Alam semesta.

Tiada satu makhluq pun baik di langit maupun di bumi kecuali semua bertasbih kepada-Nya. Tunduk, pasrah dalam gengggaman kuasa-Nya.

Ku saksikan burung bernyanyi di pagi hari, menyambut mentari yang mulai menampakkan cahaya indahnya, memberi sinar harapan baru bagi segenap penduduk bumi.

Angin sepoi-sepoi memberikan aroma kesegaran yang luar biasa yang mampu menggerakkan seluruh tulang-tulangku, bangkit dan berpacu untuk menggapai impianku.

Langit yang cerah seolah ikut serta mendukung langkahku menyusuri jalan perjuangan menggapai ridha-Mu.

Pegunungan yang menghijau di depanku seolah ikut menyejukkan pandangan mata, menentramkan jiwa, semakin tertunduk hati ini menyaksikan keagungan-Nya.

Subhanallah….
Hanya itu yang bisa aku ucapkan, betapa Maha Indah Allah menghias kerajaan bumi-Nya. Tiada satu cacat pun dalam penciptaan-Nya. Dengan kuasa-Nya Allah menjadikan semua makhluk bertasbih sesuai dengan cara yang diajarkan oleh-Nya.

Manusia hanyalah salah satu dari bermilyar-milyar ciptaan-Nya di alam semesta. Namun kadang manusia terlalu membangga-banggakan kekuatanya yang belum seberapa.

Ya Allah ampuni hamba, keterbatasan ilmu membuatku tak mampu berkata, mengurai betapa sempurnanya Kau mencipta segalanya. Tak mampu menguraikan kalimat-kalimat indah ungkapan jiwa. Karena sesungguhnya jiwa ini pun begitu gersang yang haus akan siraman keimanan. Hanya engkau sendirilah Yang Maha Kuasa untuk menguraikannya.

Ya Allah bimbinglah kami untuk bisa selalu bertasbih, mengikuti gerak fitrah sesuai apa yang menjadi harapan dan kehendak-Mu.

Amin ya Rabbal ‘alamiin.


^^BERAWAL DARI KATA SEMOGA MENJELMA MENJADI KARYA^^


Wassalamu'alaikum...


http://ibnuabdulrocman.blogspot.com/

Senin, 01 Februari 2010

Rangkaian Maaf Untuk Sahabat.

Assalamu’alaikum….

Apa kabar sahabat Merangkai Kata? Semoga setiap khilaf yang terlupa, akan termaafkan dengan hati yang terbuka.

Rangkaian Maaf Untuk Sahabat.

Maafkan aku sahabat,

Maafkan jika ego ini menguasai hati. Aku hanyalah manusia biasa yang kadang kecewa ketika apa yang terjadi tak sesuai dengan rencana yang kuharapkan.

Sering aku kesal terhadap diriku sendiri mengapa bersikap seperti ini. Saat-saat tertentu aku seperti anak kecil yang mementingkan diri sendiri, ingin dimengerti namun di sisi lain sulit memahami bagaimana kondisimu saat itu. Aku bagai sosok kecil yang bersemanyam dalam bungkus kedewasaan. Kadang hati keruh, jauh dari kejernihan.

Mungkin pernah juga kau lihat raut wajahku yang tampak kesal, sekuat tenaga kusembunyikan, namun tetap nampak dipermukaan.

Ya, sebenarnya aku marah dalam diam, aku kesal dalam lamunan. Kadang terlalu berharap sesuatu kepadamu hingga lupa bahwa, sahabat tetaplah sahabat yang memiliki batas privasi masing-masing yang harus kita maklumi - Ada saat-saat dimana kita saling berbagi suatu pelajaran kehidupan, namun di samping itu ada sesuatu yang tidak bisa kita bagi yang hanya Allah dan diri kita masing-masing yang tahu – itu yang sering aku lupa.

Ah, siapalah aku ini. Aku tak berhak memperlakukanmu seperti ini. Kadang aku tertawa geli dalam sendiri, menyadari betapa konyolnya aku.

Sahabat…, dalam kesal kucoba membasuh muka dalam wudhu berharap akan hilang rasa kesal itu, namun barulah secuil kesal yang hilang larut bersama tetesan air terakhir.

Kubawa lagi decuil kesalku yang lain dalam shalat. Dalam khusyu’ ku memohon kepada Dzat yang Menggenggam jiwa ini, Yang Maha Membolak-balikkan hati berharap rasa ini lebur, hilang dan pergi dari sucinya hati.

Ya Allah, ampuni hamba atas segala dosa. Ampuni hamba yang tak bisa mengendalikan diri, tak bisa memahami bahwa semua yang terjadi atas kehendak-Mu. Aku tak berhak medhaliminya ya Allah.

Ya Allah, berikanlah kelapangan hati, kejernihan pikiran dalam menghadapi segala masalah yang ada. Kumpulkanlah hati-hati ini dalam naungan keagungan cinta-Mu. Ampuni aku dan sahabatku yang bersama-sama berjuang menggapai ridha-Mu.

Alhamdulillah, kesal itu hilang sehabis shalat, lebur dalam doa. Hati lapang, pikiran jernih. Aku merasa lahir kembali. Dalam hati berucap; Maafkan aku sahabat, maaf telah berbuat dhalim kepadamu, semoga Allah mengampuni dosaku juga dosamu.
Tak sabar aku ingin menyampaikan kabar hatiku kepadamu.


^^BERAWAL DARI KATA SEMOGA MENJELMA MENJADI KARYA^^


Wassalamu’alaikum…..


Nb:
Buat sahabat-sahabatku seperjuangan khususnya di Bumi Papua, lebihmu mengisi kurangku. Terima kasih untuk persabatan yang indah ini. Ana Ukhibbukum Fillah.


http://ibnuabdulrocman.blogspot.com/

Sabtu, 30 Januari 2010

Allah Melihat Kita/ Allah Bersama Kita/ Allah Menyaksikan Kita//

Allah Melihat Kita/
Allah Bersama Kita/
Allah Menyaksikan Kita//

Assalamu’alaikum….

Apa kabar sahabat? Semoga setiap langkah yang kita rajut bersama senantiasa memberi manfaat dan lebih mendekatkan kita kepada-Nya.

Sahabat…. Pasti antum semua tahu Allah Maha Melihat. Ya, Dia Melihat segala gerak-gerik kita, Setiap hentakan nafas, denyut jantung dan segala sesuatu yang lebih halus dari itu Allah Melihatnya.

Ingatlah, Allah bersama kita. Dimanapun kita berada, di ujung bumi manapun kita berpijak, dimanapun kita bersembunyi, maka ada Allah bersama kita. Tidak ada satu pun tempat tidak di bumi maupun di langit kecuali ilmu-Nya menjangkau semuanya dari penjurunya.

Ketahui juga bahwa, Allah Menyaksikan kita. Segala amal perbuatan, baik amal kebajikan ataupun keburukan, hina atau mulia, yang besar maupun yang kecil, meski hanya sebesar atom, Allah akan mendatangkan saksi-saksi-Nya.

Kita adalah saksi untuk amal perbuatan kita. Mata, hati, tangan, kaki akan jadi saksi. Semuanya akan di adili di pengadilan tertinggi-Nya kelak di yaumil akhir.

Mata akan bersaksi, digunakan untuk apa mata ini. Apakah pandangan mulia atau pandangan khianat yang sering ia lakukan. Hati akan mengabarkan bagaimana isinya, apakah bersih dari penyakit atau malah tempat bersarang segala macam penyakit hasad, dengki dan keragu-raguan. Semua akan terungkap di hadapan-Nya.

Bagaimana kedua tangan ini akan membeberkan di depan Hakim Yang Maha Agung, apa yang telah ia lakukan selama hidup di dunia, banyak kebajikan tercipta atau malah keburukan yang menjadi hasil karyanya.

Begitupun kaki, ia akan menjadi saksi atas setiap langkah dalam hidup ini. Kemana langkahnya pergi, tempat mana yang sering ia kunjungi. Apakah majlis ilmu atau lereng-lereng maksiat. Semua akan diceritakannya.

Bahkan bumi yang ia injak pun turut menguatkan persaksiannya, betapa kaki sering melewati jalan-jalan di bumi.

Kelak lisan yang sekarang pandai berbicara, pandai memainkan kata-kata, pintar memutar balikkan fakta akan di kunci di hadapan para saksi. Saksi yang sekarang diam kelak akan di beri kebebasan untuk mengungkap segala macam perbuatan yang terekam.

Sahabat, tanamkan keyakinan dalam hatimu; Allah Melihatku, Allah Bersamaku, dan Allah Menyaksikanku, niscaya kau akan selamat.

Bagaimana mungkin manusia akan melakukan kebatilan kalau yakin bahwa Allah Melihatnya. Bagaimana mungkin seseorang akan mengkhianati-Nya, kalau ia yakin Allah selalu bersamanya, menyertai setiap langkahnya. Bagaimana ia akan lari ke lembah kemaksiatan padahal Allah Menyaksikannya dan telah mengadakan saksi pada dirinya sendiri.

Renungkanlah sahabat….
Semoga bermanfaat.


^^BERAWAL DARI KATA SEMOGA MENJELMA MENJADI KARYA^^



Wassalamu’alaikum…..

Rabu, 27 Januari 2010

Sandarkanlah Kepalamu Di Bahuku

Assalamu’alaikum….

Apa kabar sahabat, bagaimana dengan harimu? Semoga selalu dipenuhi dengan semangat perjuangan menjalani episode hidup dengan segala macam warna yang menghiasinya.
Sebuah kisah yang kurangkai setelah membaca buku ‘setengah isi setengah kosong’ beberapa tahun yang lalu. Meski tak sama, semoga tak mengubah isi pesan yang disampaikan oleh penulis aslinya.

Pada suatu hari, seorang ibu sedang asik berbincang dengan putrinya. “Tahukah kamu nak, ada satu bagian dari tubuh kita yang sangat berguna. Pada saat-saat tertentu kita sangat membutuhkannya walau hanya sejenak”, kata sang ibu memulai pembicaraan.

“Apa itu bunda?” Tanya putri penasaran. “Suatu saat kau akan tahu ketika telah mengalami sesuatu yang berat”, jawab ibu sambil tersenyum menyaksikan wajah putrinya yang penasaran.

“Mata, telinga, hidung, tangan, apa itu bagian tubuh kita yang amat berguna itu?” “Bukan itu yang bunda maksud.” “Lantas apa bunda?, putri jadi bingung.”

“Sabarlah anakku. Suatu ketika kau akan tahu. Suatu saat hidup akan mengabarkan kepadamu, mengajarimu bahwa kau pasti membutuhkannya walau hanya sejenak, meski sesaat namun begitu berarti.

Singkat cerita, suatu ketika putri begitu sedih dan terpukul. Sahabat karibnya meninggal karena kecelakaan sewaktu pulang dari sekolah. Kebetulan waktu itu putri sedang tidak bersamanya karena hari itu putri dijemput oleh ayahnya. Sebuah truk bermuatan barang telah menabrak sahabatnya yang mengendarai sepeda motor di tikungan jalan hingga terjadilah musibah itu.

Putri hanya bisa menangis dan sedih melepas kepergian sahabat karibnya untuk selama-lamanya yang sejak kecil selalu bersama dalam suka maupun duka. Ia sudah dianggap seperti saudaranya, bahkan kadang lebih.

Ibu begitu iba melihat putri semata wayangnya. Hatinya ikut terkoyak, naluri keibuannya seolah ikut merasakan apa yang dialami putrinya.

“Kesinilah anakku, mendekatlah, bersandarlah dibahu ibu. Letakkan kepalamu di sini, tumpahkan segala rasa yang ada dalam hatimu. Lepaskan lara yang menderamu. Ikhlaskan kepergian sahabatmu. Bahu ibu masih kuat untuk kau jadikan sandaran. Marilah, legakan hatimu di bahuku sesukamu.” Dengan penuh kasih bunda membelai putrinya, mendekap dalam peluk kasihnya, melebur menyalurkan empatinya, menyatu, mencoba menjelajah isi hati buah kasihnya.

“Ketahuilah anakku, bahu inilah salah satu anggota tubuh kita yang sangat berguna itu. Kadang lupa akan berartinya ia. Ada saat-saat tertentu – ketika cobaan hidup menghimpit hatimu, ketika penat kian mendera pikiranmu, ketika kepala begitu rapuh untuk tegak memandang beratnya ujian – kita sangat memerlukan orang yang bersedia merelakan bahunya untuk kita bersandar walau hanya sejenak, baik itu teman, sahabat, orang tua atau bisa juga suamimu kelak” Kata ibu menjelaskan.


~oOOo~


Sahabat…, beruntunglah Anda yang telah menemukan sosok yang bisa kita menyandarkan kepala kita di bahunya. Disaat kita begitu letih dengan beban berat yang menggelayut, di saat jalan terasa buntu, bersandarlah sejenak di bahunya. Dan relakanlah bahumu untuk manjadi sandaran bagi orang-orang yang kita kasihi. Dan lebih dari itu, sandarkan jiwamu kepada Sandaran Mutlaq kita Allah Subhanahu wata’ala. Bukankah salah satu sebab kita diringankan dari kesulitan di akherat kelak adalah ketika kita rela meringankan beban saudara kita.


Wallahu a’alam.
Semoga bisa diambil hikmahnya.


^^BERAWAL DARI KATA SEMOGA MENJELMA MENJADI KARYA^^


Wassalamu’alaikum….

Selasa, 26 Januari 2010

MAAFKANLAH DIRIMU

Assalamu’alaikum….

Apa kabar sahabat? Semoga tetap membuka hati untuk kita saling berbagi, saling mengisi dan menjaga ukhuwah ini. Saling memaafkan atas segala khilaf dan lupa, mengikhlaskan apa yang luput dan menerima apa yang menjadi pembagian-Nya dengan lapang dada.

Sahabat, kadang kita merasa berat untuk melangkah meniti jalan yang penuh aral melintang, penuh dengan berbagai macam warna dan godaan. Seakan sulit melangkah ke depan karena bayang masa lalu yang terus bergentayangan.

Dosa yang menumpuk, rasa bersalah yang seakan tak termaafkan, keterpurukan yang bertubi-tubi. Semua itu seolah menggalayuti jiwa ini hingga kepayahan menggapai cahaya-Nya.

Sahabat yang kucintai karena Allah…, ingatlah akan firman-Nya. Bahwa Allah Maha luas rahmat-Nya. “Dan janganlah kamu berputus asa dari rahmat Allah…..”

Allah saja Yang Maha di atas segala-gala-Nya berkenan melimpahkan rahmat dan ampunan-Nya, jika kita mau memohon kepada-Nya. Lalu kenapa justru kita yang enggan memberikan maaf untuk diri kita sendiri.

Maafkanlah diriku dan dirimu, usah kau ingat lagi masa yang telah berlalu. Sudah saatnya Memohon maaf kepada-Nya, serta memaafkan diri kita sendiri atas apa yang telah terlupa. Dengan begitu insya Allah hati kita akan terasa lapang, diberikan kejernihan pikiran dan langkah kaki pun terasa ringan menyongsong hari-hari yang penuh kemenangan. Kemenangan istiqamah dalam ketaatan.

Insya Allah, Amiin yaa Rabbal ‘aalamiin.


^^BERAWAL DARI KATA SEMOGA MENJELMA MENJADI KARYA^^



Wassalamu’alaikum….


http://ibnuabdulrocman.blogspot.com/

Jumat, 22 Januari 2010

Titip Salam Cinta dan Rinduku Kepada-Nya

Assalamu’alaikum….

Apa kabar imanmu sahabat? Bagaimana dengan cahayamu hatimu….? Semoga tetap terang menyinari gelapnya kehidupan. Amin Ya Rabbal ‘alamiin.

Sahabat…. Tak kan habis kata terangkai, tak kan habis kata tersulam, untuk melukiskan keindahanmu. Keindahan budi, keelokan akhlaq dan tingkah laku.

Kau isi ruang kosongku hingga penuh. Dukaku lebur dalam sukamu. Lara berganti bahagia. Tawamu mengalahkan tangisku. Kuatmu menopang lemahku, tegarmu menghalau rapuhku. Semoga aku pun bisa melakukan itu.

Sahabat… titip salam dan rinduku selalu dalam hening malammu…. Untuk Rabb-mu, Rabb-ku, Rabb seluruh penjuru alam..

Sampaikan pada-Nya, aku juga mencintai-Nya, aku merindui-Nya. Meski sekarang aku masih malu menghadap-Nya. Aku malu karena dosa.

Maka dari itu sahabat…. Sertakan aku dalam do’a panjangmu. Mudah-mudahan aku akan selalu mengingatmu ketika aku telah siap menghadapkan wajahku kepada Rabb-ku.

Sahabat…., ketahuilah, karena Dia kita ada. Karena Rabb-lah kita bertemu, saling mengenal di jalan-Nya. Bersama melangkah menapaki jalan perjuangan, mengemban amanah dalam islam.
Sahabat…., Allah-lah Dzat yang paling berhak kita cinta. Berawal dari cinta kepada-Nya-lah, cinta yang suci mengalir dalam hati, terus mengalir hingga dengan rahmat-Nya terpautlah hatiku dengan hatimu yang juga penuh dengan aliran cinta-Nya.

Sahabat…., meski lisan belum bisa berucap mengabarkan cinta ini, semoga tautan hatiku dan hatimu megilhami. Betapa cinta ini tumbuh dan bersemi seiring waktu yang melaju. Semoga cinta ini semakin tumbuh dan berkembang memberikan harum bunga yang menyebarkan aroma wangi bagi kehidupan dan semangat perjuangan dalam menggapai Cinta Agung-Nya, menggayuh Ridha-Nya.

Sahabat…., semantara ini dulu, titip salam cinta dan rinduku kepada Rabb-ku dan Rabb-mu.


^^BERAWAL DARI KATA SEMOGA MENJADI KARYA^^

Wassalamu’alaikum….


http://ibnuabdulrocman.blogspot.com/

Kamis, 21 Januari 2010

JANGAN PALINGKAN WAJAH-MU DARIKU

JANGAN PALINGKAN WAJAH-MU DARIKU

Tertatih dalam langkah
Mencoba tegar pada tumpuan yang lemah
Mencoba bangkit dari dasar lembah
Menuju puncak yang kian susah

Ya Rabb…
Jatuh bangun aku menggapai-Mu
Babak belur hatiku menuju-Mu
Nurani dan nafsu tak henti beradu
Sejenak bangkit, sejurus tersungkur
Kadang naik, sering futhur

Ya Rabb….
Seburuk apapun diriku
Engkau lebih Tahu
Ku akui semua dosaku
Semua kelemahan dan kebodohanku

Ya Rabb….
Jangan Kau hukum aku karena dosa itu
Jangan Kau siksa sebab kebodohanku
Jangan lepaskan azab-Mu karena kelemahan yang ada padaku

Ya Rabb….
Bukankah ampunan-Mu dari pada marah-Mu
Aku juga tahu dengan keadilan-Mu
Satu pintaku ya Rabb…
Jangan pernah sedetikpun wajah-Mu berpaling dariku
Pandanglah aku dengan rahmat-Mu
Temani aku di setiap langkah hidupku
Kepada siapa lagi ku hadapkan wajah ini
Kalau bukan kepada-Mu


^^BERAWAL DARI KATA SEMOGA MENJELMA MENJADI KARYA^^

ibnu abdul rocman

Sabtu, 16 Januari 2010

UHIBBUKUM FILLAH…

UHIBBUKUM FILLAH…

Assalamu’alaikum….

Apa kabar sahabat…. Semoga selalu dalam selimut rahmat dan ampunan-Nya.

Sahabat…. Semoga ukhuwah ini akan tetap terjaga selamanya. Meski mata tak lagi bisa bertatap, meski tangan tak bisa lagi berjabat, meski jarak tak lagi dekat, namun aku selalu berharap ikatan ini tetap kuat dalam jalinan silaturahmi.

Sahabat….. maafkan jika banyak khilaf tersemat, maafkan jika ada perbedaan pendapat. Bersabarlah akan konflik yang pernah melekat.

Sahabat…. Maafkan jika belum bisa adil dalam berbagi, maafkan hati yang lebih pada satu sisi, dan kurang pada sisi yang lain. Maafkan bila masih memilih diantara yang terbaik, Maafkan bila cinta ini masih rapuh.

Ya Allah, hangatkanlah ukhuwah ini dengan selimut cinta-Mu. Kabarkan pada sahabatku bahwa aku mencintainya karena-Mu. Bersihkanlah cinta ini dari nafsu dan dari apa-apa selain-Mu.

Aku belum bisa layaknya seorang ibu yang mencintai buah hatinya, yang mencinta tanpa pamrih. Apalagi, aku tak kan bisa seperti-Mu yang mencintai dan menyayangi
hamba-Mu sepanjang waktu, tanpa peduli bagaimana balasan hamba terhadap cinta-Mu.
Karena memang Kau tak butuh balasan itu.

Namun ya Allah, kuatkanlah cinta yang rapuh ini. Rekatkan ikatan yang renggang ini. Bersihkan jalinan yang masih ternoda ini dari selain-Mu.

Ya Allah, dengan segala kekurangan dan kelemahannya, ridhailah ukhuwah ini. Jadikanlah cintaku dan cintanya tulus murni karena-Mu.

Sahabat…. Izinkan aku berkata, “UHIBBUKUM FILLAH”
Jazakumullahu khoiir…


Wassalamu’alaikum…


^^BERAWAL DARI KATA SEMOGA MENJADI KARYA^^


http://ibnuabdulrocman.blogspot.com/

Jumat, 15 Januari 2010

BETAPA ALLAH SAYANG KEPADA HAMBA-NYA

BETAPA ALLAH SAYANG KEPADA HAMBA-NYA

Assalamu’alaikum….

Apa kabar sahabat fillah? Semoga syukur senantiasa tersemat ke hadirat-Nya yang Maha Pemberi rahmat.

Sahabat, diantara nikmat Allah kepada hamba-Nya adalah Ia berikan rizki dan kecukupan kepada hamba serta ia selalu mengingatkan kita jika lupa, menegur jika salah. Semua itu agar kita tidak kebablasan keluar dari jalur yang seharusnya.

Jalan fitrah manusia adalah kepada Rabb-nya, namun karena hawa nafsunya manusia keluar dari jalan yang lurus yang diridhai-Nya. Kadang manusia lebih memilih kenikmatan sesaat dari pada kenikmatan di sisi-Nya yang lebih baik dan lebih kekal. Semua itu karena manusia belum mengenal Rabb-nya.

Betapa kasih sayang Allah melebihi segala-galanya, lebih dari kasih sayang seorang ibu kepada anaknya, suami terhadap istrinya, kakak dengan adiknya dan lain sebagainya. Betapa rahmat ampunan-Nya lebih besar dari pada amarah-Nya. Sungguh tangan rahmat-Nya terbentang dari ufuk timur sampai barat menanti hamba-Nya memohon ampun dan berserah diri.

Rindu akan hamba-Nya yang bertaubat, bersimpuh di kaki-Nya, menghiba di pintu gerbang-Nya. Bahagia-Nya melebihi seorang musafir yang menemukan untanya yang hilang, sungguh Dia Maha Penyayang diantara para penyanyang.

Sahabat, tak kan habis kata untuk memuji-Nya, Takkan sanggup kita memuji seindah pujian Allah kepada diri-Nya, karena Dia maha segalanya.

Sahabat, salah satu bentuk kasih sayang-Nya adalah Dia coba hamba-Nya dengan musibah, penderitaan hidup yang bertubi-tubi agar sang hamba bersih dari kesombongan, kecongkakan akan kemampuannya. Agar hamba sadar sebesar apapun yang ia capai di dunia, semua adalah karunia-Nya semata.

Sahabat, semoga kita selalu bisa mengambil hikmah dan pelajaran dari apa saja yang terjadi pada lembaran kehidupan kita. Yakinlah ada Allah di baliknya.


^^BERAWAL DARI KATA SEMOGA MENJELMA MENJADI KARYA^^


Wassalamu’alaikum…..

Rabu, 13 Januari 2010

PANTASKAH RABB DIPERMAINKAN??

PANTASKAH RABB DIPERMAINKAN??


Aku tahu khianat

Namun pandangan tetap melesat

Tahu zina

Tetap saja terlena

Terbuai nikmat semu

Tak mampu membendung laku

Di mana rasa malu

Seakan hilang ditelan nafsu

Shalat kutegakkan

Maksiatpun mengiring jalan

Kemarin menangis

Hari ini ketagihan

Kalah dan terus kalah

Di saat hati kian melemah

Taubat hanya jadi permainan

Pastaskah Rabb dipermainkan

Membutuhkan-Nya kalau ada keperluan

Setelah itu kau campakkan

Kau lari dan terus berlari

Meningggalkan Rabb yang selalu menati

Telah amankah dengan shalatmu

Amankah dengan uzlah malammu

Amankah dengan iman yang hanya seujung kuku

Siapakah yang lebih rugi

Dari pada manusia yang merasa aman

Aman dari azab yang berat

Aman dari huru-hara kiamat

Aman dari neraka yang menjerat

Rahmat-Nya-lah yang bisa membuat kita selamat

Dengan sesal serta sebenar-benarnya taubat



Ibnu Abdul Rochman

Senin, 11 Januari 2010

PERGUNAKANLAH WAKTUMU SEBAIK MUNGKIN

PERGUNAKANLAH WAKTUMU SEBAIK MUNGKIN
Assalamu’alaikum….

Apa kabar sahabat…. Semoga iman tetap melekat di dada, semakin subur di jiwa dan semoga kelak menghasilkan buah yang manis di penghujungnya.

Tentu sahabat semua tahu, betapa waktu yang diberikan Allah kepada kita tidaklah banyak. Semua mempunyai jatahnya masing-masing yang kita tidak tahu sampai kapan usia kita berakhir.

Sahabat, ketahuilah bahwa perjalanan kita sangat panjang dan melelahkan, begitu banyak permata yang harus kita kumpulkan, begitu banyak kewajiban yang tertumpu di pundak, sedang waktu kita semakin hari kian mendesak.

Maka dari itu sahabat, gunakanlah waktumu sebaik mungkin, jangan pernah engkau sia-siakan. Janganlah terlena dengan indahnya fatamorgana yang menyebabkan engkau kehilangan permata yang sesungguhnya.

Bila telah tiba saatnya Rabb memanggil kita, bila telah sampai waktu kita bertolak dari dunia fana, saat itulah tertutup lembaran-lembaran episode kehidupan ini. Habis sudah waktu untuk mengumpulkan permata. Selesai sudah kesempatan untuk mencari bekal saat tiba kematian.

Kematian itulah pemutus kenikmatan yang akan membawa kita ke gerbang kehidupan berikutnya, dimana nasib kita selanjutnya tergantung pada permata yang kita kumpulkan, tergantung bekal yang sudah kita persiapkan. Jika permata yang kita bawa, bahagialah kita menyongsong episode selanjutnya, namun bagaimanakah dengan mereka yang gagal mengais permata, tentulah kehidupan yang sulit akan dialaminya.

So, sudah saatnya kita menyingsingkan lengan baju untuk sekuat tenaga berusaha mengais permata yang akan membawa kita kepada kebahagian dunia dan kebahagiaan di akherat khususnya.

Semoga Allah senantiasa membimbing kita agar selalu istiqomah menapaki jalan-Nya. Amiin ya Rabbal’alamiin.

^^BERAWAL DARI KATA SEMOGA MENJELMA MENJADI KARYA^^

Wassalamu’alaikum….

Ibnu Abdul Rocman

Minggu, 10 Januari 2010

JANGAN KAU TURUTI PANDANGANMU

JANGAN KAU TURUTI PANDANGANMU
Assalamu’alaikum….
Apa kabar sahabat, semoga tetap tegar dengan segala macam godaan, dengan segala macam pandangan yang membinasakan, Karena sesungguhnya Allah Maha Tahu pandangan mata yang khianat serta pandangan yang menjurus kepada syahwat.

Sahabat, dalam segala aktivitas yang kita lakukan di luar rumah sering kita temui berbagai macam pemandangan yang kalau kita tidak pandai menjaga mata ini, kita akan terjerumus dalam hal-hal yang mengarah kepada zina. Ya, zina mata.
“Pandangan merupakan salah satu anak panah (senjata) iblis.” (HR Hakim dan Thabrani)

Sahabat, janganlah kau turuti satu pandangan dengan pandangan yang lain, karena setelah pandangan pertama yang kau turuti berasal dari syetan. Begitu pandainya syetan menghembuskan bisikan-bisikan, janji-janji palsu yang menipu yang pada akhirnya akan menyebabkan mausia tercebur dalam kenikmatan sesaat yang berujung pada penyesalan yang tiada berkesudahan di hari akhir kelak.

Karena pandangan itu terpancing nafsuku/
Bisikan-bisikan yang memburu/
Membuat syahwat kian terpacu/
Hatiku masih terlalu lemah membendung/
Hatiku seolah terkungkung/
Tanpa sadar kudapati diri ini tersungkur/
Kurasakan sesaat kenikmatan/
Berujung dosa yang kian menyakitkan/
Andai bisa kutepis pandangan/
Andai iman terpatri dalam/
Hanya pada-Mu diri ini kupasrahkan//


Oke sahabat…. , tetap jaga pandangan, jangan biarkan ia berkeliaran bebas tanpa aturan…. Jika tidak kau kendalikan…. Kebinasaanlah yang akan kau dapatkan.
Wallahu a’lam.

^^BERAWAL DARI KATA SEMOGA MENJELMA MENJADI KARYA^^

Wassalamu’alaikum….

Ibnu Abdul Rochman

Jumat, 08 Januari 2010

JELAJAHILAH INDAHNYA BUMI

Assalamu’alaikum….
Apa kabar sahabat… semoga selalu berselimut rahmat dari Dzat yang Maha Melimpahkan rahmat.

Sahabat…., Jika hati sempit terasa, jiwa gundah gulana, derita hidup seakan mendera, cobalah sejenak untuk kita berhenti dari segala permasalahan hidup yang menggelayuti. Cobalah barang sejenak kita berfikir untuk mencoba keluar mengintip indahnya pagi ditemani hangatnya mentari.

Tak ada salahnya menyempatkan waktu untuk berjalan menyusuri indahnya bumi, dengan segala macam aneka warna yang menghiasi. Lihatlah hijaunya pemandangan pegunungan, birunya laut, cerahnya langit serta bejuta warna di dalamnya.

Cobalah sekali-kali menikmati indahnya tilawah di tengah hijaunya rumput-rumput dipegunungan, ditemani semilir angin yang menenangkan, ditemani kicau burung yang merdu menembus qolbu. Menyatulah dengan alam dan rasakan sentuhan alaminya, aliran hawa murni dalam diri.

Di lain hari, kunjungilah si biru laut. Dengarkan deburan ombak yang menggoda, desiran angin yang menelisik hati, gesekan pasir pantai yang seolah siap diajak berbagi.

Jangan lupa jenguk juga gemericik air sungai yang bening menghadirkan ketenangan, mengalirkan hawa kesejukan. Menyatulah dengannya dalam hikmatnya bertasbih kepada-Nya.

Tengoklah malam yang terang dengan bulan dan bintang gemintang. Niscaya optimis akan segera datang. Benarlah Allah dalam segala macam ciptaan-Nya, serasi dan seimbang, tiada cacat dalam pandangan. Bahkan mata manusialah yang mengalami kepayahan.

Semoga dengan waktu yang kita luangkan untuk menjenguk alam, bisa menghadirkan suasana baru yang menentramkan, untuk kita meraih semangat baru dalam menunaikan kewajiban.

Selamat Menjelajahi Indahnya Bumi. Semoga Rahmat Allah senantiasa menaungi. Amin ya Rabbal ‘alamiin.

^^BERAWAL DARI KATA SEMOGA MENJELMA MENJADI KARYA^^


Wassalamu’alaikum….


Ibnu Abdul Rochman

Kamis, 07 Januari 2010

MENGGAPAI SEJATINYA BAHAGIA

Assalamu’alaikum….

Apa kabar sahabat pena? Semoga tetap bahagia merangkai asa, menggapai sejatinya bahagia.

Bukanlah bahagia ketika kita bisa menguasai dunia dengan segala fasilitasnya. Bukanlah bahagia itu dengan banyaknya emas dan permata. Bukan juga dengan perniagaan yang mendatangkan banyak laba.

Apalah guna menguasai dunia, jika hati sempit karenanya. Bagaimana bisa bahagia jika hati resah, gundah gulana memikirkan harta benda yang ditakuti kehilangannya. Tanpa iman, apalah artinya itu semua. Hanya membuat sempit di dada.

Sahabat pena, setujukah Anda…. Bahagia adalah ketika kita bisa menghamba kepada Rabb kita. Ketika kita bisa menghadapkan wajah kita kepada wajah-Nya. Khidmat dan khusyu dalam shalat yang sempurna. Ridha dengan segala pembagian yang kita terima.
Setiap saat lidah ini basah karena dzikir kepada-Nya, tak terlewatkan malam-malam indah saat bersama-Nya, memohon di depan pintu gerbang rahmat-Nya. Intinya, kebahagiaan sesungguhnya adalah ketika kita bisa memalingkan hati kita hanya keharibaan-Nya.

Sahabat pena…. Gapailah terus cinta-Nya dengan memperbanyak amalan sunnah kepada-Nya, persembahkan yang terbaik untuk Allah kekasih kita. Mudah-mudahan cinta Agung-Nya selalu menaungi kita.


^^BERAWAL DARI KATA SEMOGA MENJELMA MENJADI KARYA^^

Wassalamu’alaikum….


Ibnu Abdul Rochman.

KETIKA MANUSIA BERADA PADA PUNCAK KEMAKSIATAN TERHADAP RABB-NYA

Assalamu’alaikum…

Apa kabar shabat, semoga hati kita selalu diterangi cahaya dari-Nya karena Dia-lah Dzat yang memiliki cahaya di atas cahaya.

Sahabat, kadang dalam kehidupan yang kita jalani dengan segala lika-liku yang mewarnai, dengan berbagai ujian dan cobaan yang menyertai, kita sering dihadapkan pada suatu kondisi di mana kita begitu rapuh, terpuruk dan begitu sulit untuk bangkit.

Begitupun hubungan kita dengan Allah Subhanahu wata’ala. Kadang merasa sangat dekat, kadang seakan sangat jauh dari-Nya. Kedekatan yang belum seberapa - yang bahkan kita tidak mengetahui apakah yang kita anggap sebagai kedekatan kepada-Nya, apakah dekat juga menurut-Nya. Karena Allah lebih tahu akan hakekat hati hamba-Nya – berganti seketika dengan jarak yang begitu jauh akibat perbuatan aniaya yang kita perbuat.

Ada saat dimana manusia berada pada puncak ketaatan kepada Allah Subhanahu wata’la, namun banyak diantara kita yang begitu kepayahan menjaga keistiqomahannya. Kwalahan dengan berbagai godaan dan tipu daya. Dengan lihai syetan memperdaya manusia, melancarkan semua jurus pamungkasnya demi menjauhkan hamba dari Rabb-Nya.
Ada juga, saat dimana manusia berada pada titik terendah keimanannya. Titik terjauh dari Rabb-nya. Berada dalam posisi puncak kemaksiatan kepada Allah Subhanahu wata’ala.

Betapa menderitanya ketika kita berada pada titik terendah, bergelimang dosa, berkubang lumpur kemaksiatan, terselubung hawa nafsu yang mematikan. Begitu jauh cahaya-Nya yang hampir-hampir kita tidak dapat melihat jari-jari di depan mata. Jauhnya kita dari Rahmat dan Ampunan-Nya. Wajah malu, bibir terasa kelu untuk menyebut nama-Nya.

Namun sudah menjadi Qodrat dan Iradah-Nya, ketika Allah telah menetapkan kebaikan kepada hamba-Nya, yang Dia abadikan dalam kitab mulia Lauhul Mahfudh, betapapun manusia berada pada puncak keberpalingannya, berada pada titik terendah kehidupan nuraninya, dalam gelap selalu ada setitik cahaya yang menerangi. Dalam hatinya yang selalu gelisah berkepanjangan akan ada angin petunjuk yang menenangkan. Dalam jiwa yang gersang menetes bening embun yang dingin menyejukkan.

Begitulah Allah, selalu punya rahasia terindah untuk hamba-Nya. Dialah Rabb yang memiliki begitu banyak cara dan hikmah untuk memberikan cahaya-Nya kepada hamba-Nya.
Dia ulurkan benang kehidupan hamba-Nya. Allah biarkan hamba-Nya berbuat sekehendaknya, bergelimang dosa, berselimut gelap. Namun dengan kelembutan dan kasih sayang-Nya, dalam sekejap Allah tarik benang itu dengan cahaya-Nya hingga sang hamba kembali taat pada-Nya, menjalani kehidupan sesuai dengan fitrah dan kemauan-Nya.

Ya Allah…, Berikan Taufik dan Hidayah-Mu untuk kami menjalani hidup ini sesuai dengan kehendak-Mu dan Ridha-Mu. Amin ya Rabbal ‘alamin.


^^BERAWAL DARI KATA SEMOGA MENJELMA MENJADI KARYA^^


Wassalamu’alaikum….


Ibnu Abdul Rochman.

TERSENYUMLAH MESKI HATIMU SEDANG TAK NYAMAN

Assalamu’alaikum…

Apa kabar sahabat perangkai kata? Semoga setiap hari kita senantiasa dalam naungan rahmat-Nya, pertolongan juga pembelaan dari-Nya. Semoga apa yang kita usahakan berujung pada senyum kebahagiaan buat kita dan orang-orang tercinta, amiin.

Sahabat…, setiap diri kita tak kan pernah lepas dari suatu masalah, baik itu besar, kecil, ringan, berat yang acapkali membawa kita pada suatu kondisi dimana kita sampai larut dan tenggelam di dalamnya.

Berat-ringannya suatu masalah yang ada tergantung bagaimana hati kita menyediakan ruang untuk menampungnya. Semakin hati kita lapang, semakin kecil pula masalah yang ada meski menurut sebagian orang merupakan masalah besar. Begitupun sebaliknya, masalah yang kecil akan kita rasa besar manakala hati ini sempit tanpa cahaya. Hati gelap karenanya.

Sahabat…, betapapun pandainya kita menyembunyikan isi hati namun akan tampak juga keadaannya lewat bahasa tubuh yang merupakan refleksi dari suasana hati. Tak jarang masalah yang ada membuat wajah kita menjadi murung, sedih dan senyum seolah menjauh.
Bahkan orang-orang disekitar bisa saja terkena dampaknya. Dari sini akan mengakibatkan terganggunya interaksi. Mereka seakan enggan untuk mendekat kepada kita ketika wajah berselimut mendung bagaikan langit tanpa mentari.

Sahabat…, alangkah baiknya jika kita bisa membungkus rapat-rapat masalah yang ada sehingga terjaga aman dalam hati dan wajah tetap berseri. Memang wajar ketika kita bersedih terhadap masalah atau musibah yang menimpa, namun jangan sampai temen-temen kita melihat pancarannya lewat wajah dan bahasa tubuh kita. Cukuplah bagi kita dan Allah yang mengetahuinya.

Berusahalah untuk tetap tersenyum dengan wajah ceria dihadapan semua orang, meski hatimu sedang tak nyaman. Kalau kita melihat saudara kita bermuram durja, tanyakan padanya bagaimana keadaannya, sediakan waktu yan cukup untuk menjadi pendengar terbaiknya dan jadikan bahumu menjadi sandarannya. Semoga hati kita bahagia dengan membantu meringankan beban mereka.

Wallahu A’lam.

^^BERAWAL DARI KATA SEMOGA MENJELMA MENJADI KARYA^^

Wassalamu’alaikum…

Ibnu Abdul Rochman

Ikhlaskan hati ini menerima pembagian-Mu

Hari-hariku selalu dalam penantian

Menyambut para utusan

Duduk, berdiri menyambut perantara harapan

Pembawa kabar gembira, penyampai rizki-Nya

Ya Allah, selimutilah aku dengan selendang kesabaran

Semua kujalani karena sudah merupakan kewajiban

Pengisi waktu menunggu panggilan adzan

Ya Allah…

Jadikan setiap langkah adalah ibadah

Senyumku sebagai sedekah

Peluhku melebur dalam sabarku

Ikhlaskan hati ini menerima pembagian-Mu

Jadikan sabar dan syukur senjata ampuhku

Ya Allah, aku ridha dengan pemberian-Mu

Jadikan pula aku ridha atas apa yang Kau bagikan kepada saudaraku

Jauhkan hasad dengki dari hatiku

Ya Allah…

Ingatkanlah aku, ” tak usah sedih atas apa yang luput darimu

Usah terlalu girang atas sesuatu yang menjadi bagianmu”

Yakinlah selalu, apa yang di sisi-Mu adalah lebih baik bagiku


Ibnu Abdul Rochman

AKU MALU BARTAUBAT KEPADA-MU

Assalamu’alaikum…

Apa kabar sahabat… bagaimana dengan imanmu, bagaimana kau jalani harimu..?
Semoga hariku dan harimu selalu lebih baik seiring dengan semakin menanjaknya iman di qalbu. Insya Allah… Amiin.

Sahabat… beruntunglah kalau dalam hati kita masih tersimpan rasa malu. Dengan rasa itu bisa menghindarkan kita dari hal-hal yang buruk karena dorongan hawa nafsu.
Sahabat pasti sudah sama-sama tahu, malu juga salah satu dari cabangnya iman. Orang yang tidak tahu malu akan melakukan apa saja sekehendak hatinya, tidak pandang perbuatan itu sesuai dengan norma atau melanggar aturan demi memuaskan keinginannya.

Allah adalah Dzat yang paling berhak kita merasa malu kepada-Nya. Dia-lah yang memberi makan ketika kita lapar, memberi rasa aman ketika kita dicekam ketakutan. Setiap saat Dia dalam kesibukan, melayani hamba-Nya.

Tak jarang kita sebagai hamba, lebih merasa malu kepada sesama manusia ketimbang kepada Rabb Aza wa jalla. Malu berbuat maksiat dihadapan manusia tapi tidak malu di lihat oleh-Nya, seakan lupa bahwa Allah Melihat kita, Allah bersama kita dan Allah Menyaksikan setiap tindak-tanduk kita. Setiap jiwa ada dalam genggaman-Nya.

Ya Allah, betapa banyak dosa yang telah kami lakukan/

Betapa maksiat yang selalu berulang/

Siang taubat, malam kembali maksiat/

Pagi menangis sesenggukan, sore kembali kelembah kehinaan/

Ya Allah, aku malu menengadahkan wajahku kepada-Mu/

Malu mengangkat tangan di depan Pintu gerbang-Mu/

Malu bertaubat kepada-Mu /

kalau pada akhirnya kukotori sendiri taubat itu/

Ya Allah, dengan Rahmat dan Ampunan-Mu/

Seluas langit dan bumi/

Ampuni dosa yang semakin membumbung tinggi/

yang seolah tak terampuni/

Yakinkan hati mampu mengabdi tulus suci/

Hingga tercapai pengabdian yang hakiki/

Hasbunallah wa ni’mal-wakiil/

Ni’mal maulaa wa-ni’man-nashiir//



^^BERAWAL DARI KATA SEMOGA MENJELMA MENJADI KARYA^^


Wassalamu’alaikum…


Ibnu Abdul Rochman

HANYALAH PADA-NYA KEBAHAGIAAN SEJATI KITA TEMUKAN

Assalamu’alaikum…

Apa kabar sahabat… Semoga pagi yang diselimuti mendung tak hanya membuat kita termenung, buatlah asamu tinggi membumbung. Lihatlah, di belahan bumi yang lain masih ada pagi yang berseri yang selalu menularkan energi yang membuaat kita bersinergi membangun prestasi.

Sahabat, setiap langkah kaki yang kita ayunkan adalah perjuangan melawan hidup. Allah tidak akan pernah menyia-nyiakan hamba-Nya.
Bersyukurlah sahabat, ketika Allah masih mau mengingatkan kita ketika lupa, menegur ketika kita alpa. Memberikan cobaan karena itu pertanda adanya keimanan di dalam dada, memberikan ujian karena Allah ingin kita tetap lurus dalam menyusuri jalan-Nya. Dia tak ingin kita terus tenggelam dalam kenistaan. Syukurilah wahai sahabat akan perhatian dan kasih sayang-Nya. Kita lemah tak berdaya tanpa bantuan-Nya.

Wahai sahabat, berulangkali kita diingatkan bahwa hidup kita hanya sementara. Berapalah jatah umur kita yang tak pernah jauh dari angka enam puluh tiga, sebagaimana umur Junjungan kita Nabi Muhammad Shallallahu ‘alaihi wasallam. Bagaimana umur kita, apakah banyak digunakan untuk lebih mendekat pada-Nya, atau lebih banyak yang sia-sia. Karena sejatinya, hidup yang sebenarnya adalah ketika kita taat dan ingat kepada-Nya. Ketika kita pergunakan waktu yang ada untuk beribadah kepada-Nya. Perbuatan yang sia-sia sama saja mengurangi jatah hakekat hidup kita yang sebenarnya.

“Bukanlah kebahagiaan itu terletak pada banyaknya kepemilikan/

Tak kutemukan ia dalam tingginya jabatan/

Tak ada juga pada wanita yang cantik rupawan/

Tapi kutemukan kebahagiaan dalam khusyu’nya shalat/

Khusyu’nya bermunajat/

Dalam indahnya berkhalwat pada-Nya/

Ya, hanyalah pada-Nya kebahagiaan sejati kita temukan//


Begitulah sahabat, tak terkira, tak tergambarkan kebahagiaan seorang hamba ketika telah menemukan Rabb-Nya dalam kehidupannya. Dia mendapat jamuan Allah lewat khusyu’nya shalat, ratapan, tangisan ketika yang lain terbungkus selimaut malam. Mereka bahagia dalam tangisnya yang penuh cemas dan harap pada-Nya.
Semoga kita semua bisa menemukan kebahagiaan itu dalam setiap aktivitas ibadah yang kita tujukan hanya kepada-Nya. Amin ya Rabbal ‘alamiin.


^^BERAWAL DARI KATA SEMOGA MENJELMA MENJADI KARYA^^

Wassalamu’alaikum…

Ibnu Abdul Rochman

Alangkah Indahnya jika Semua Terencana dengan Cermat

Assalamu’alaikum..

Apa kabar sahabat pena, semoga di tahun baru yang bahagia membuat kita semakin semangat mengejar asa, merencanakan selaksa impian yang akan kita raih di masa yang akan datang.

Sahabat… sadarkah kita, bahwa berlalunya waktu, lewatnya tahun hakekatnya adalah berkurangnya jatah umur kita. Apapun yang telah kita capai di tahun lalu, berupa kebaikan, mudah-mudahan mendapat ridha-Nya. Dan segala keburukan dan alfa yang terlanjur kita perbuat, berharap Allah yang Maha Pengampun akan melimpahkan maghfirah-Nya kepada kita semua.

Sahabat yang dirahmati Allah, awal tahun merupakan momentum yang sangat tepat kita merencanakan segala sesuatu, baik impian, keinginan-keinginan yang akan kita capai, minimal satu tahun ke depan. Tentunya kita sadar bahwa hidup tidaklah selamanya. Ada satu titik dimana kita akan menujunya, dan semua orang mau atau tidak mau, siap atau tidak siap pasti sampai kepada titik itu. Itulah kematian yang setiap saat akan datang.

Seyogyanya, kita menyeimbangkan antara amal untuk dunia dan amal untuk bekal kita ke alam keabadian nanti dan segalanya harus kita rencanakan dengan tepat. Alangkah indahnya jika semua terencana dengan cermat. Kita catat rencana kita dalam buku harian, diary atau apapun yang rencana itu bisa kita lihat kapan saja. Mungkin bisa juga dalam satu tahun itu kita bagi dalam dua belas bulan, dari satu bulan kita bagi lagi menjadi empat minggu atau bisa juga kita buat agenda harian. Misalnya, kita akan membaca Alqur’an sehari satu juz, dua juz, atau berapa halaman. Dalam satu hari berapa halaman buku agama yang kita baca. Dalam satu bulan berapa kali khatam Al-Qur’an, berapa buku agama yang selesai kita baca. Bagaimana dengan shalat fardhunya, shalat-shalat sunnahnya, tahajjudnya, semua direncanakan dan di agendakan. Insya Allah dengan begitu semua akan terlaksana dengan seksama asalkan kita istiqamah dalam menjalankannya. Begitupun dengan urusan dunia, yang tentunya sahabat sekalian lebih faham.

Dengan perencanaan yang tepat, semoga akan tercapai lebih cepat serta meraih kebahagiaan dunia dan akherat. Jangan lupa selalu mohon bantuan-Nya, mohon kekuatan dari-Nya, sehingga kita selalu berada dalam kehatan rahmat-Nya.
Baik sahabat, marilah kita berfastabiqul khairat.


^^BERAWAL DARI KATA SEMOGA MENJELMA MENJADI KARYA^^


Wassalamu’alaikum..


Debyan Haji Prastyo/Ibnu Abdul Rochman

RANGKAIAN KATA UNTUK SANG WANITA HEBAT

Assalamu’alaikum…

Apa kabar sahabat… semoga sukses yang melekat, tak menjadikan kita lupa pada sosok wanita yang begitu hebat. Sedikit rangkaian kata untuk sang wanita hebat semoga bermanfaat.

Ibu..
Aku tak tahu harus memulai kata-kata
Karena begitu banyak jasa yang kau cipta
Pengorbanan, kasih sayang, penderiataan dan kebahagiaan bercampur dalam asa
Terselip harapan semoga anakmu lebih bahagia
Tak merasakan apa yang sekarang kau derita

Ibu…
Tak sedikitpun terbersit dalam hatimu
Nak, bisakah kelak engkau mengembalikan semua itu?
Tak pernah terpikirkan olehmu
Bahagiaku adalah hidupmu

Ibu…
Maafkan aku yang sering lupa
Melupakanmu yang telah mengantarku hingga dewasa
Mengenalkanku akan terangnya cahaya
Untuk kebahagiaan di dunia dan akherat sana

Maafkan anakmu
Hanya sedikit waktu untuk mengingatmu
Tak akan pernah bisa membalas jasa meski seujung kuku
Jarak yang jauh telah memisahkan engkau dan aku
Ya Allah tolong jaga ibuku
Sayangilah ia sebagaimana ia menyayangiku selalu
Ya Allah kupasrahkan ibuku kepada-Mu.

^^BERAWAL DARI KATA SEMOGA MENJELMA MENJADI KARYA^^

Wassalamu’alaikum…

Ibnu Abdul Rochman.

TERIMA KASIH SHABAT… TELAH MENGAJARIKU SELAMA INI

Assalamu’alaikum…

TERIMA KASIH SHABAT… TELAH MENGAJARIKU SELAMA INI

Terima kasih sahabat…,
Mungkin hanya itu yang bisa terucap sekarang, tidak lebih dan tidak kurang.
Terima kasih sahabat, telah menemani setiap hariku. Kau hiasi hidupku hingga penuh warna, suka-duka terlewati bersama. Meski aku jauh dari keluarga, denganmu sahabat aku berbagi segala penat yang melekat, meski pekerjaan seharian tidak terlalu berat.

Terima kasih sahabat…,
Telah mengajariku tentang kehidupan, tentang kesabaran, tentang bagaimana mengelola dan menjaga hati. Ketika kau mengatakan, “Janganlah segala sesuatu ditanggapi dengan emosi”, itu yang selalu terngiang hingga hari ini. Namun, diriku tetaplah manusia biasa yang sering kesulitan menjaga emosi ini.

Teima kasih sahabat…,
Telah bersedia memberi dan menerima nasehat, menjadi pemerhati dan pendengar yang sabar. Tak jarang diriku melakukan kesalahan, namun dengan bijak kau mengingatkan. Kau dukung aku dalam kebenaran dan mencegahku dalam tindak kemungkaran.

Terima kasih sahabat…,
Kau ikut bahagia kala ku gembira, begitupun sebaliknya, empatimu ada saat kesedihanku menerpa. Kau temaniku di saat yang lain entah kemana. Ya Rabbii, terima kasih kau hadirkan sahabat sejati ini.

Sekali lagi, terima kasih sahabat…,
Terima kasih telah menghingatkan aku menghadap Ilahi, setiap Dia memanggil. Kau utamakan aku untuk segera menuju Rabb-ku padahal itu makruh bagimu, mungkin kau belum tahu itu, atau mungkin kau begitu menghargai aku.

Sahabat…, semoga ikatan ini tercipta karena buah dari cinta kita kepada-Nya. Mudah-mudahan persahabatan ini akan membimbing hati-hati kita untuk lebih dekat kepada Allah Subhanahu wata’ala.

Ya Allahu yaa Rabbii…,
Kuatkanlah persahabatan ini dengan ikatan-Mu yang suci. Kumpulkanlah kami ke dalam syurga-Mu bersama orang-orang yang saling mencintai karena-Mu.


Ya Allah yaa Rabbii…,
Jadikanlah diri kami sahabat sejati bagi sahabat-sahabat kami, yang bisa saling menasehati dalam kebenaran dan kesabaran. Jadikan persahabatan ini abadi hingga kehidupan setelah akhir nanti.
Amiin… amiin yaa Rabbal ‘Alamiin.

Wassalamu’alaikum…

^^BERAWAL DARI KATA SEMOGA MENJELMA MENJADI KARYA^^


Ibnu Abdul Rochman

PANTASKAH AKU MENYALAHKAN HAWA NAFSU

Siapakah dirimu yang begitu pandai merayu
Merayu diriku hingga lupa waktu
Lupa akan kewajibanku
Mengacak-acak ketrentraman jiwaku
Hingga meluluh-lantakan keimananku

Hatiku tercabik, tersayat penuh luka
Bukan sembarang luka
Karena ia lebih dari sekedar lara
Yang meliputi duka nestapa

Kau tipu aku dengan segala muslihatmu
Kau jadikan indah perbuatan yang busuk itu
Hingga mencoreng kesucian fitrahku
Kau torehkan noktah hitam di qalbu
Wahai sang hawa nafsu

Kau seret diriku ke lembah kenistaan
Kau campakkan aku dalam jurang kehinaan
Kau jauhkan aku dari Rabb-ku tiada berkesudahan

Ya Rabb…
Haruskah aku menyalahkan hawa nafsu
Atau dirikulah yang tak mampu
Memimpin dan menjaga amanah-Mu
Ya Rabb.. berikanlah taufiq dan hidayah-Mu.


Ibnu Abdul Rachman

Ayahku Dalam Pandangan Mata Kecilku

Assalamu’alaikum..

Apa kabar para perangkai kata? Masih tetap semangat dengan rangkaian kata indahnya? Semoga apa yang kita rajut bersama tidak sampai menafikan-Nya. Amin.

Ada sekelumit kisah yang sebenarnya mungkin tidak begitu penting untuk dipaparkan di sini. Namun, apa yang akan kutorehkan semoga bisa dijadikan ibrah untuk kita semua, dan sebelumnya aku mohon ampun kepada Allah Subhanahu wata’ala karena membuka tabir yang telah ditutup-Nya sempurna.

Sebagaimana kita tahu bahwa seorang ayah pasti sangat berperan penting dalam kehidupan keluarganya. Untuk kelangsungan hidup istri dan anak-anaknya. Bagaimana seorang ayah rela mengorbankan waktu dan seluruh kemampuannya untuk mencari nafkah, bekerja membanting tulang, memeras keringat untuk anak dan istrinya. Betapa sang ayah yang begitu bertanggung jawab ketika harus mencarikan uang untuk biaya sekolah anaknya, untuk obat ketika sakit buah hatinya, dan segala macam kebutuhan dia pikul sendiri dalam memenuhinya.

Karena begitu sibuknya kadang sang ayah lupa, bahwa ada si mungil yang membutuhkan perhatian dan belaian kasih sayangnya. Ada anak-anak yang perlu semangat dan dorongan untuk membuatnya semangat menghadapi kehidupan barunya bersama teman-teman di luar sana. Teman-teman di sekolah, teman bermain di sekitar rumah, dan sebagainya. Dimana seorang ayah karena kelelahan dalam mencari nafkah, sehingga pasrah dengan sang ibu dalam mendidik dan mengasuh anaknya, sedang ia lupa bahwa seorang anak juga butuh figur seorang ayah yang bisa bercanda, tertawa dan menjadi teman akrabnya untuk berbagi cerita segala sesuatu yang dialaminya dilingkungan selain di rumahnya.

Begitupun diriku yang tidak bisa berakrab ria dengan ayahku. Aku merasakan bahwa lebih nyaman ketika bertukar cerita dengan ibu. Ibu yang menjadi curahan hati, tumpuanku ketika nyeri. Dibenakku waktu itu, ayah adalah sosok yang sangat menakutkan, mungkin tidak cuma aku. Adikku juga merasakan itu. Beliau temperamen. Sekali melakukan kesalahan, bentakan pasti kami dapatkan, cubitan sampai pukulan pernah kami rasakan.

Pikiran kecilku waktu itu belum bisa memahami apa maksud dari didikan ayahku yang seperti itu. Apakah itu untuk kedisiplinan atau apa, tapi yang tertanam dalam alam bawah sadarku adalah, ayahku seorang yang galak, pemarah dan hal negative lainnya yang membuatku takut berlama-lama dengannya.

Ibu tak bisa berbuat apa-apa. Beliau hanya diam tanpa kata ketika melihat ayah sedang menceramahi kami, paling setelah ayah selesai dengan marah-marahnya dan berlalu, barulah ibu menasehati kami, menenangkan kami, membesarkan hati kami.

Ayah juga ketat dalam hal televisi. Pernah suatu ketika, kami ketahuan nonton televisi di rumah tetangga. Waktu itu masih SD kira-kira. Ayahku marah dan membawakan pelepah kelapa untuk memukul kami. Kami sempat dipukul, meski tidak sampai berdarah. Tapi Alhamdulillah, setega-teganya ayah, tak pernah dia memukul atau menampar muka.

Kadang aku iri dengan anak lain yang bisa begitu akrab dengan ayahnya, bermain, bercanda, dan sebagainya. “Ah, semua ayah punya caranya sendiri untuk mendidik buah hatinya”, pikirku setelah aku dewasa.

Dalam perkembangannya, seorang anak yang mendapat perlakuan kasar dari orang tuanya bisa menyebabkan hal-hal yang tidak baik di masa dewasanya. Begitulah tulisan yang pernah kubaca. Ada yang menjadi krisis kepercayaan atau kurang percaya diri, tertutup dan susah bergaul serta bersosialisasi dengan orang lain, dan masih banyak lagi akibat buruk lainnya.

Begitulah diriku, kadang aku merasa kurang percaya diri ketika berhadapan dengan orang yang belum aku kenal, bahkan sampai sekarang aku tidak bisa berdiri lama-lama di depan orang banyak alias demam panggung. Pernah juga terbersit, apakah ini ada hubungannya dengan cara ayah mendidikku waktu kecil?
“Wallahu a’lam, semua atas kehendak Allah”, pikirku.

Para sahabat pena, itulah sosok ayah di mataku, seorang anak kecil yang belum bisa berpikir tentang metode mendidik anak yang benar. Itulah sepenggal cerita tentang ayahku dalam pandangan mata kecilku, tentunya pandanganku berubah seiring waktu yang telah mengajariku. Betapa, bagaimanapun caranya seorang ayah mengekspresikan cintanya, tetaplah ia berbuat yang terbaik untuk anak-anaknya, yang kadang bisa dirasakan manfaatnya ketika si anak telah dewasa dan itulah yang aku rasakan sekarang.

Pesanku kepada para ayah, calon ayah dan para lelaki yang kelak menjadi seorang ayah, jadikan anak-anakmu sebagai teman bagimu. Bimbing mereka dengan penuh kasih sayang, penuh kehangatan dan penuh keakraban. Ekspresikan cintamu dengan lembut, menyejukkan hingga mengalir dan membasahi setiap relung-relung hati mereka. Semoga kebahagian selalu tercipta dalam keluarga. Semoga kalian semua selalu terselimuti rahmat cinta-Nya. Amiin.


^^BERAWAL DARI KATA SEMOGA MENJELMA MENJADI KARYA^^


Wassalamu’alaikum..



Ibnu Abdul Rochman

SETIAP HARIMU ADALAH SPESIAL

Assalamu’alaikum..

Apa kabar sahabat..
Semoga tetap semangat membangun asa untuk kita kejar menjadi nyata.
Ada sebuah kisah, semoga bisa diambil ibrahnya..

Hari itu adalah hari yang bahagia setidaknya buat Rima yang baru saja membeli sesuatu yang telah diidam-idamkannya, sesuatu yang sepertinya sangat disukainya. Ya, rupanya adikku itu baru saja membeli dari hasil gaji pertamanya. Ia melipatnya dengan rapi dan hati-hati sekali, takut satu titik noda mencemarinya. Disimpannya di dalam laci dan menguncinya rapat.

Anehnya dia tidak mau memberi tahu apa isi di dalam laci itu, ia berpesan kepada orang-orang di rumah jangan sampai mereka membuka laci itu karena dia akan memakai di hari spesialnya, buat surprise katanya.

Kami sekeluarga merasa penasaran, tapi apa boleh buat kami hanya bisa menanti hari special itu, setidaknya buat Rima.

Hari-hari berlalu dan Rima terus menunggu hari itu tiba. Kadang aku melihat dia duduk termangu di dalam kamarnya, memandangi sesuatu yang akan di pakainya nanti. Terus.. saja, memandangi lalu ia simpan lagi di dalam laci.

“Sudah, coba di pakai.. kami ingin lihat”, kata ayahku waktu itu. “Ah.. nanti saja yah, saat waktunya tiba”, sahut Rima dengan senyum manisnya.

Akhirnya, hari yang special itu sebentar lagi tiba. Tak sabar kami menantinya, terlebih Rima. Ia persiapkan segala sesuatunya dengan seksama, agar semua lancar sesuai dengan rencana.

Satu hari sebelum hari H, ku lihat Rima sudah rapi dan sepertinya ia ingin pergi. “Mau kemana?”, tanyaku. “Ini kak, mau ke toko buku. Mau beli buku buat temenku”, jawab Rima sambil menstarter motornya. “Assalamu’alaikum”. “Wa’alaikum salam warahmatullahh, hati-hati” kataku melepas kepergiannya.

Aku kembali ke kursiku, dalam dudukku aku masih diselimuti rasa penasaran. Apa sebenarnya yang disiapkan Rima untuk hari spesialnya besuk. Apa pakaian, atau mungkin dia membeli mukena baru. Tapi kenapa harus menunggu hari special untuk memakainya?, pikirku dalam hati.

Hari sudah sore, sebentar lagi adzan maghrib berkumandang. Tapi kenapa Rima belum pulang? Hatiku mulai khawatir. Tidak biasanya Rima pergi seharian tanpa minta di temani. Biasanya kalau pulang terlambat selalu memberi kabar. Perasaanku semakin tidak enak, apalagi diluar telah gelap. Ku coba hubungi lewat HP-nya tapi tak diangkat. Disaat kecemasan melanda seluruh keluarga, telpon rumah berdering.

Buru-buru ibu mengangkatnya. Setelah beberapa saat berbicara di telpon, kulihat ibu seperti tak kuasa menahan tubuhnya, ia lunglai dan hampir jatuh. Aku segera menyongsong tubuhnya. “Ada apa bu.. apa yang terjadi?” tanyaku penuh was-was. “Adikmu.. adikmu.. kecelakaan.. sekarang dia di rumah sakit”, jawab ibuku cemas dan berurai air mata.

Kami sekeluarga segera menuju ke rumah sakit. Di kamar bercat serba putih itu aku melihat Rima terbaring lemas tak berdaya. Muka dan sekujur tubuhnya kelihatan pucat karena kehilangan banyak darah. Kaki dan kepalanya dibalut dengan perban. Di kepalanya masih tampak merah akibat banyaknya darah yang keluar.

Kami semua pasrah dengan keadaan adikku itu. Kami semua hanya bisa berdoa kepada Rabb yang Maha Kuasa agar memberikan yang terbaik untuk Rima dan kami semua. “Ya Allah, jika menurut-Mu kehidupan lebih bermanfaat buat adikku maka berilah ia kesembuhan, tapi jika kematiannya lebih bermanfaat baginya maka mudahkanlah dalam sakaratul mautnya. Ampuni segala dosanya ya Allah. Jadikan akhir hidupnya khusnul khatimah” Doaku sehabis shalat.

Rima sempat sadar, meskipun ia tak bisa berkata apa-apa. Hanya air matanya yang berlinang menganak sungai. Memandang kami, Ibu, bapak dan terakhir aku. Dalam tatapan dan linangan air matanya seolah ia ingin mengatakan, maafkan segala kesalan Rima. Rima tak bisa membuat kalian bangga. Maafkan jika sering mengecewakan. Waktu Rima hampir tiba untuk menghadap Allah Azza wajalla. “Asy-hadu alla ilaaha illallah wa asy-hadu anna muhammadar-rasulullah”. “Innalillahi wainna ilaihi raji’uun, selamat jalan adikku. Semoga diberikan tempat yang terbaik di sisi-Nya, tunggu kami semua di sana”, doaku melepas kepergian Rima untuk selama-lamanya.

Beberapa hari sejak kepergian Rima, aku ke kamarnya dan mencoba untuk melihat apa yang disimpan di dalam lacinya. Setelah kulihat isinya, ternyata sebuah gamis putih yang sangat indah. Memang cocok untuk di pakai Rima. Namun apa dikata. Rima telah pergi tanpa pernah sempat memakainya karena dia menunggu hari spesialnya.

Sahabat pena, ketahuilah.. setiap hari yang kita punya adalah spesial. Maka jadikanlah ia sebagaimana adanya. Gunakan segala sarana yang terbaik, juga yang special. Jangan pernah menunda melakukan sesuatu untuk suatu hari nanti yang kita anggap paling special, karena belum tentu kita akan menjumpainya. Tanamkan dalam diri kita, bahwa hari ini adalah special. Maka segala sesuatunya juga akan kita persembahkan yang terbaik. Melakukan hal terbaik, beramal yang terbaik, beribadah yang terbaik.

Semoga bermanfaat,

^^BERAWAL DARI KATA SEMOGA MENJELMA MENJADI KARYA^^


Oleh: Ibnu Abdul Rochman